Bali, Gatra.com - Sebenarnya, PT. Perkebunan Nusantara Holding sudah menjadi perusahaan dengan kebun terluas di dunia; mencapai 831 ribu hektar.
Tapi lantaran dari luasan itu luas perkebunan kelapa sawitnya masih hanya 550 ribu hektar, posisinya masih di bawah Sime Darby Plantation yang memiliki 601 ribu hektar kebun kelapa sawit.
Di bawah PTPN Holding ada Golden Agri dengan luas kebun 536 ribu hektar, FGV Holdings 343 ribu hektar dan Astra Agro Lestari 288 ribu hektar.
Hanya saja, usai mendengar omongan Direktur Utama PTPN Holding, Mohammad Abdul Ghani usai pembukaan Internasional Oil Palm Converence di Bali Nusa Dua Convention Center, jelang siang tadi, rating perusahaan milik negara ini justru bakal paripurna di tahun 2027.
Sebab di saat itu, luas kebun kelapa sawit perusahaan yang tersebar di 24 provinsi di Indonesia ini bakal berada di kisaran angka 650 ribu hektar.
Menkonversi sejumlah lahan kebun karet miliknya --- saat ini luas kebun karet PTPN mencapai 126 ribu hektar --- dan menanami land bank yang ada di Sulawesi dan Kalimantan, adalah sumber penambahan lahan itu.
Baca juga: Dihadiri 14 Negara, IOPC VII Resmi Dibuka. Segini Jumlah Pembicaranya
"Dengan luasan segitu, Insya Allah produksi minyak sawit (CPO) kami per tahun akan berada di kisaran angka 3,5 juta ton. Produksi CPO rata-rata per hektar, kami upayakan naik dari 5 ton menjadi 5,5 ton," terangnya.
Angka 5 ton itu adalah angka rata-rata capaian terkini PTPN. Alhasil, itu menjadi angka tertinggi rata-rata produktifitas CPO per hektar per tahun di Indonesia. Soalnya swasta masih hanya 4,26 ton dan petani swadaya 3,4 ton.
Kalau menengok sepak terjang PTPN tiga tahun belakangan, target yang dihamparkan lelaki 63 tahun ini tidak kaleng-kaleng.
"Tiga tahun terakhir kami telah melakukan transformasi hingga kemudian di tahun lalu kami mampu meraih laba bersih Rp6 triliun. Ini menjadi capaian terbesar kami sepanjang sejarah PTPN," katanya.
Ada tiga hal kata Ghani yang membikin capaian PTPN Holding bisa seperti itu. Pertama oleh kenaikan harga komoditi, kedua perbaikan operasional dan finansial yang kemudian bisa meningkatkan produktifitas sebesar tiga persen dari tahun 2021 dan kemudian mampu menurunkan cash cost empat persen.
Abdul Aziz