Home Info Sawit Dihadiri 14 Negara, IOPC VII Resmi Dibuka. Segini Jumlah Pembicaranya

Dihadiri 14 Negara, IOPC VII Resmi Dibuka. Segini Jumlah Pembicaranya

Bali, Gatra.com - Tak kurang dari 900 orang peserta dari 14 negara memadati Bali Nusa Dua Convention Center itu sejak tadi pagi. Di antaranya ada yang berasa dari 47 perusahaan.

Petani yang tergabung dalam Sawitku Masa Depanku (SAMADE), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), Asosiasi Petani Kelapa Sawit Perkebunan Inti Rakyat (Aspek-Pir) hingga Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) juga berbaur di sana, di International Oil Palm Conference (IOPC) 2022 yang berlangsung dari 14-16 Maret 2023 itu.

Ditemani Direktur Utama Holding PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) III, Mohammad Abdul Ghoni, Kepala Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), M. Edwin Syahputra Lubis, persis pukul 09.50 waktu setempat, Asisten Deputi Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan, Rachman Ferry Isfianto, memukul gong pertanda acara empat tahunan itu resmi dimulai.

Dirut Holding PTPN III, Mohammad Abdul Ghani (dua dari kiri), Kepala PPKS, M. Edwin Syahputra Lubis (lima dari kiri) bersama para penerima cendera mata. Foto: (GATRA/Aziz) 

Edwin yang juga penanggungjawab IOPC ke-VII itu kemudian cerita bahwa rangkaian acara dibagi dalam tiga Plenary Lectures dan tiga Breakout Session. Semuanya didukung oleh 72 pembicara dan 112 scientific posters.

"Topik Breakout Session dalam IOPC 2022 ini terdiri atas tiga bidang; Agriculture and Biotechnology; Product Development, Processing Technology, and Bioenergy; dan Environment, Socio Economics, and Business," lelaki 52 tahun ini menjelaskan.

Baca juga: PPKS Taja Konfrensi Sawit Internasional; Mengatasi Masalah Memastikan Masa Depan 

Para peserta kata Edwin juga juga dibekali berbagai pengetahuan tentang teknologi terbaru dalam produksi kelapa sawit yang ramah lingkungan dan manajemen risiko bisnis.

Melalui pameran dan klinik sawit, para peserta juga diajak untuk berdiskusi, berbagi pengalaman dan membentuk jejaring dengan sesama pelaku industri kelapa sawit dalam mengatasi berbagai masalah yang dihadapi saat ini.

"Kami sangat berterimakasih kepada Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP-KS) dan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) yang sudah berkenan menjadi sponsor Titanium; PT Pupuk Indonesia (Persero) sebagai sponsor Platinum; ACGT Sdn Bhd, PT Saraswanti Anugrah Makmur, PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk, BIONEENSIS, PT Bumitama Gunajaya Agro, dan Samsung sebagai sponsor Gold," katanya.

Edwin kembali mengulas bahwa pasca pandemi, industri kelapa sawit menghadapi tantangan yang kompleks dan variatif. 

"Krisis pangan dan energi global yang muncul akibat pandemi Covid-19 menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi industri kelapa sawit," ujarnya. 

Krisis ini telah memengaruhi pasokan dan permintaan komoditas kelapa sawit akibat penurunan permintaan dan pembatasan mobilitas yang diberlakukan oleh banyak negara. 

"Pembatasan mobilitas oleh banyak negara selama pandemi juga telah memicu kenaikan harga input  produksi terutama pupuk, yang secara signifikan mendorong kenaikan biaya operasional produksi," terangnya. 

Dinamika geopolitik global juga telah berdampak pada industri kelapa sawit, terutama pada perdagangan internasional dan investasi. 

Kebijakan proteksionis, sengketa perdagangan, dan ketidakpastian politik telah pula memperumit kondisi perdagangan global dan mempengaruhi keberlangsungan bisnis kelapa sawit.

"Ada resiko baru yang musti dihadapi oleh perusahaan perkebunan dan pengolahan sektor kelapa sawit akibat tanggapan pemangku kepentingan terhadap berbagai isu keberlanjutan di sektor sawit tadi. Kampanye negatif sawit juga turut memengaruhi citra industri dan nilai jual produk kelapa sawit," katanya. 

Pelaku usaha kelapa sawit yang abai atas isu keberlanjutan kata Edwin, akan menghadapi sejumlah risiko yang lebih besar. Misalnya kenaikan biaya operasional produksi, penurunan profitabilitas, dan kehilangan pelanggan atau pemodal. 

Selain itu, volatilitas harga minyak sawit mentah dan produk turunannya di pasar global juga dapat memengaruhi keuntungan dan keberlangsungan bisnis kelapa sawit. 

Untuk menghadapi tantangan semacam ini, pelaku usaha industri kelapa sawit musti melakukan inovasi dan transformasi demi meningkatkan efisiensi dan produktivitas, termasuk juga memperkuat hubungan antar pemangku kepentingan. 

Inovasi dan transformasi itu juga penting untuk mempromosikan praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial dan lingkungan, serta meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam rantai pasokan kelapa sawit.

"Melalui pertemuan ilmiah yang kita gelar ini, para pemangku kepentingan diharapkan bisa membahas isu dan alternatif pemecahan masalah keberlanjutan industri kelapa sawit itu. Nah, oleh sederet masalah tadi lah makanya kemudian untuk IOPC kali ini kita mengambil tema; Coping The Matters, Ensuring The Future,," ujar Edwin. 

Dengan tema itu, IOPC 2022 diharapkan bisa memberikan wawasan dan strategi baru bagi pemangku kepentingan industri kelapa sawit untuk menghadapi berbagai tantangan ditengah ketidakpastian ekonomi global, juga memastikan keberlangsungan industri kelapa sawit yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di masa depan. 


Abdul Aziz

 

141