Jakarta, Gatra.com - PT Pupuk Indonesia Holding Company (PIHC) memastikan produksi pupuk jenis fosfat dan kalium tahun ini relatif aman. Hal itu seiring dengan kontrak baru suplai bahan baku dari negara sumber selain Rusia.
"Kemarin sudah ada deal juga dengan beberapa perusahaan Rusia, kami juga sudah dapat jaminan suplai dari beberapa negara lain misalnya Kanada, Mesir dan Laos," ungkap SPV Secretary Company PT Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana di Kementerian BUMN, Senin (13/3).
Wijaya menyebut dengan pasokan bahan baku kalium dan fosfor dari negara lainnya membuat produksi pupuk NPK subsidi melampaui target kebutuhan. Adapun tahun ini, pemerintah menetapkan kebutuhan pupuk NPK subsidi sebanyak 3,2 juta ton. Sementara produksi total pupuk NPK oleh PIHC tahun ini ditargetkan sebesar 3,5 juta ton.
Baca juga: HSBC Akuisisi Silicon Valley Bank di Inggris
"Walaupun pas-pasan tapi kita punya kemampuan produksi yang cukup untuk memenuhi kebutuhan pupuk bersubsidi," jelas Wijaya.
Kendati, bahan baku pupuk NPK berupa kalium dan fosfor aman hingga akhir tahun, Wijaya menyebut harga cenderung relatif masih tinggi. Musababnya, konflik Rusia dengan Ukraina sejak awal 2022 lalu telah mengerek harga kalium hingga tiga sampai empat kali lipat dari biasanya.
Padahal, Rusia dan Belarusia diketahui menjadi pemasok sekitar 30% dari total kebutuhan kalium dunia. Di sisi lain, cadangan fosfor dan kalium di Indonesia, kata Wijaya tidak mumpuni untuk memenuhi kebutuhan pupuk kalium dan fosfor nasional. Jalan impor tidak bisa dihindari.
Baca juga: Kementan: Panen Raya Padi Sejuta Hektare Potensi 9,15 Juta Ton Gabah
"Bisa kebayang selama perang kemarin satu per tiga kebutuhan dunia itu hilang, jadi otomatis harganya itu gila-gilaan. Jadi kalau normalnya itu di angka US$300-400 per ton, kemarin sempat sampai US$1.200 per ton. Sekarang memang sudah mulai turun," ungkapnya.
Sementara untuk urea, kemampuan produksi PIHC melampaui dari kebutuhan pupuk urea nasional. Alasannya, bahan baku pupuk urea berasal dari gas, di mana sumber tersedia memadai dari dalam negeri. Adapun produksi urea tahunan PIHC sekitar 8,8 juta ton. Sedangkan permintaan urea subsidi tahun ini hanya sekitar 4,7 juta ton.
"Artinya kemampuan kita untuk mencukupi pupuk urea bersubsidi itu lebih dari cukup. Sisanya kita jual komersil dalam bentuk ritel ke petani maupun dijual ke perusahaan kelapa sawit atau industri," imbuhnya.