Jakarta, Gatra.com - Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin, Putu Juli Ardika mengatakan bahwa Indonesia memiliki produk furnitur dan kerajinan yang unik dan berkualitas. Oleh karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus memacu kinerja industri furnitur dan kerajinan agar bisa lebih berdaya saing global sehingga dapat menopang pertumbuhan ekonomi nasional.
“Corak dan desain dari produk-produknya pun beragam karena para pengrajin kita memiliki keterampilan yang kreatif, inovatif, dan tidak mudah disaingi negara lain,” katanya dalam keterangan resmi yang diterima pada Senin (13/3).
Pada tahun 2022, ekspor produk furnitur dan kerajinan mencapai US$3,5 miliar. Sebagai subsektor industri agro, industri furnitur memberikan kontribusi hingga 1,30% dengan nilai kinerja ekspor sebesar US$2,5 miliar sepanjang tahun lalu. Pemerintah menargetkan ekspor dari industri furnitur tumbuh menembus US$5 miliar pada tahun 2024.
Baca juga: Potensi Besar Industri Kerajinan, Kemenperin Fasilitasi IKM di Inacraft 2023
Industri furnitur juga merupakan salah satu sektor padat karya dengan total penyerapan tenaga kerja sebanyak 143 ribu orang dari 1.114 ribu perusahaan. Data terakhir pada Desember 2022 yang dimiliki Kemenperin mencatatkan utilisasi industri furnitur berada di angka 74,1%.
Putu menyebut bahwa Kemenperin memiliki dua strategi untuk meningkatkan daya saing industri furnitur. Pertama,pengoptimalan pasar domestik. Kedua, memperluas tujuan ekspor ke pasar nontradisional.
Menurutnya, pengoptimalan pasar domestik dapat secara efektif dilakukan. Konsumen furnitur dalam negeri terutama untuk kelas menengah terus bertambah seiring membaiknya industri properti dan bisnis hospitality.
“Konsumsi belanja pemerintah melalui pemanfaatan produk TKDN juga sedang gencar digalakkan oleh pemerintah,” ucapnya.
Baca juga: Ini Alasan Menperin Optimistis Industri Manufaktur Tetap Ekspansif
Selain itu, pemerintah juga memfasilitasi industri furnitur melalui penyelenggaraan business matching yang mempertemukan para pelaku industri dengan para pengguna produk dalam negeri, seperti dari instansi pemerintah dan BUMN. Industri furnitur menjadi salah satu sektor andalan untuk mendukung kantor-kantor pemerintah dan sekolah.
Strategi kedua, memperluas tujuan ekspor ke pasar nontradisional menurut Putu merupakan bentuk keniscayaan. Lantaran, pasar tujuan ekspor tradisional saat ini masih terganggu akibat resesi.
“Di sisi lain, pasar nontradisional sangat potensial untuk dikelola, misalnya India dan kawasan Timur Tengah, di mana pertumbuhan sektor propertinya masih relatif stabil,” ujarnya.