Jakarta, Gatra.com - Korban meninggal dunia dalam peristiwa tanah longsor di Kecamatan Serasan, Kabupaten Natuna, Kepulauan Riau, kembali bertambah. Terhitung hingga Minggu (12/3), ada sebanyak 46 warga yang dinyatakan tewas dalam bencana itu.
"Pada hari kelima pascabencana atau Minggu (12/3), jumlah korban meninggal dunia yang telah ditemukan menjadi 46, di mana 24 di antaranya adalah laki-laki dan 22 lainnya ber (jenis) kelamin perempuan," kata Plt. Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Abdul Muhari dalam keterangannya, Senin (13/3).
Baca juga: 100 KK Direlokasi Buntut Bencana Longsor Natuna
Artinya, terjadi lonjakan jumlah jenazah yang ditemukan dibanding laporan pada Sabtu (11/3), yakni sebanyak 36 korban meninggal dunia. Dengan bertambahnya jumlah jenazah, maka saat ini tinggal 9 warga yang masih dinyatakan hilang akibat tanah longsor tersebut.
"Tim satgas gabungan juga berhasil menemukan 10 jenazah di Kampung Genting, Desa Pangkalan. Dari penemuan itu, maka jumlah warga yang masih dinyatakan hilang tinggal 9 orang," tambahnya.
Abdul Muhari mengatakan, perkembangan penemuan sejumlah korban itu didukung dengan bertambahnya alat berat dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR) sebanyak 7 unit, termasuk tambahan personel dari TNI dan Polri. Di samping itu, cuaca yang berangsur membaik juga menjadi faktor pendukung operasi pencarian, pertolongan, dan evakuasi.
Baca juga: Polri Kerahkan 145 Personel Bantu Evakuasi Korban Tanah Longsor di Pulau Natuna
Sementara itu, dari Posko Darurat Bencana Tanah Longsor Natuna di PLBN Serasan juga melaporkan adanya perkembangan jumlah pengungsi menjadi 2.240 jiwa. Adapun seluruh pengungsi itu terbagi di enam lokasi yang meliputi 436 jiwa di PLBN, 605 jiwa di Desa Payak, 136 di Desa Batu Berlian, 238 jiwa di SMA N 1 Serasan, 432 jiwa di Pelimpak dan 393 jiwa di Airnusa.
"Seluruh pengungsi itu merupakan warga terdampak maupun warga yang meninggalkan rumah sementara demi berjaga-jaga akan terjadinya bencana tanah longsor susulan, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh BNPB melalui informasi prakiraan cuaca dan hasil analisa lapangan oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)," pungkasnya.