Home Hiburan Kisah Petualangan Anak dan Kumbang Badak dalam Pertunjukan Boneka A Bucket of Beetles

Kisah Petualangan Anak dan Kumbang Badak dalam Pertunjukan Boneka A Bucket of Beetles

Jakarta, Gatra.com - Papermoon Puppet Theatre menampilkan pertunjukan terbaru mereka berjudul "A Bucket of Beetles" di Komunitas Salihara, Jakarta. Pertunjukan ini sekaligus menjadi penutup rangkaian program Helateater Salihara 2023 “Teater Objek”.

Di lakon ini, Papermoon Puppet Theatre membawakan kisah tentang seorang anak bernama Wehea. Suatu hari, Wehea melihat seekor kumbang yang sangat istimewa. Ia kemudian memulai petualangan untuk bertemu dengan sang kumbang, yaitu kumbang badak yang istimewa yang selalu mencari lampu. Kumbang ini ternyata menyelamatkan nyawanya di saat terjadi kebakaran hutan yang menghanguskan kampung tempat Wehea tinggal.

Setelah hutan di kampungnya terbakar, akhirnya Wehea pun menemani sang kumbang badak untuk mencarikan hutan baru yang bisa menjadi rumah. Petualangan Wehea dan kumbang badak pun usai setelah akhirnya mereka berhasil menemukan hutan baru tersebut.

Penampilan Papermoon Puppet Theatre berjudul A Bucket of Beetles di Komunitas Salihara (Gatra/Adi Wijaya)
Penampilan Papermoon Puppet Theatre berjudul A Bucket of Beetles di Komunitas Salihara (Gatra/Adi Wijaya)

Kisah "A Bucket of Beetles" merupakan buah dari ide yang dikeluarkan oleh Lunang Pramusesa, putra pendiri Papermoon Puppet Theatre Maria Tri Sulistyani dan Iwan Effendi. Semua desain boneka serangga dalam lakon ini pun diambil dari gambar-gambar yang dibuat Lunang. Saat pementasan, Lunang ikut tampil sebagai puppeteer (penggerak boneka).

“Setelah kesukaannya pada dinosaurus, di umurnya sekitar 4 tahun Lunang mulai suka dengan serangga. Suatu hari dia bilang mau ikut buat pementasan. Aku minta proposalnya, jadilah lakon ini,” kata Maria Tri Sulistyani di Teater Salihara, kamis (9/3).

Baca Juga: Sinopsis Lakon dan Penampil di Helateater 2023

Sepanjang pertunjukan selama 45 menit ini, Papermoon Puppet Theatre juga menggunakan permainan bayangan yang mengisi alur cerita antar adegan yang disajikan. Selain itu, ada penambahan karakter boneka serangga di pertunjukan "A Bucket of Beetles" kali ini.

Maria Tri Sulistyani (paling kanan) bersama Lunang Pramusesa setelah pementasan "A Bucket of Beetles" di Komunitas Salihara (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)
Maria Tri Sulistyani (paling kanan) bersama Lunang Pramusesa setelah pementasan "A Bucket of Beetles" di Komunitas Salihara (Gatra/Hidayat Adhiningrat P.)

Untuk diketahui, "A Bucket of Beetles" pertama kali ditampilkan di tahun 2020 di Jepang. Kala itu setting panggung dan jumlah pemainnya tidak begitu kompleks. Kemudian, ketika pandemi covid melanda, "A Bucket of Beetles" ditampilkan dengan gaya sinematik secara virtual lewat live streaming performance dari studio Papermoon Puppet Theatre di Yogyakarta.

"Cerita ini kemudian berkembang dari ragam perspektif manusia dengan alam. Jika bagi orang dewasa serangga hanya menjadi hama atau binatang yang menjijikan, namun bagi anak-anak berbagai jenis serangga bisa menjadi binatang yang sangat menarik untuk mereka," kata Ria.

Papermoon Puppet Theatre didirikan oleh Maria Tri Sulistyani sejak tahun 2006 di Yogyakarta. Hingga saat ini, Papermoon Puppet Theatre telah menciptakan lebih dari 30 lakon pertunjukan boneka dan instalasi serta pameran seni visual. Teater boneka ini telah keliling ke lebih dari 10 negara, baik untuk pementasan ataupun pameran.

325