Moskow, Gatra.com - Rusia melepaskan salah satu rentetan rudal terbesar ke sasaran kritis dan sipil di seluruh Ukraina, sebagaimana yang digambarkannya sebagai "serangan pembalasan" atas serangan di wilayah perbatasannya sejak minggu lalu.
Kantor berita Rusia, Tass melaporkan bahwa juru bicara kementerian pertahanan Rusia Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengatakan serangan rudal itu sebagai tanggapan atas serangan pekan lalu, ke distrik perbatasan Bryansk.
Moskow mengatakan dua orang tewas dan seorang anak terluka. Kyiv menuduh Rusia melakukan provokasi palsu sebagai bagian dari propaganda perangnya untuk membenarkan invasinya.
Serangan rudal Rusia hari Kamis lalu, menewaskan sedikitnya enam orang dan memutus aliran listrik dari ratusan, membuat mereka hidup tanpa listrik atau pemanas air.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan langkah itu dianggap sebagai "malam yang sulit" bagi Ukraina.
Baca Juga: Pertama Kali Rusia Gunakan Rudal Hipersonik Hancurkan Gudang Senjata Ukraina
Panglima angkatan bersenjata Ukraina, Valerii Zaluzhnyi mengatakan bahwa Rusia meluncurkan 81 rudal dan delapan drone Shahed buatan Iran, yang sarat bahan peledak secara keseluruhan pada hari Kamis.
Dia menambahkan bahwa 34 rudal dan empat drone berhasil dicegat.
Konashenkov membenarkan bahwa angkatan bersenjata Rusia menggunakan rudal hipersonik Kinzhal, dalam serangan terbarunya di Ukraina.
Soal rudal hipersonik, inilah yang perlu Anda ketahui:
Rudal hipersonik, seperti semua rudal balistik tradisional, dapat melakukan perjalanan setidaknya lima kali kecepatan suara. Mampu bermanuver dan hanya membutuhkan lintasan rendah di atmosfer, karena mereka menyesuaikan arah dan ketinggian terbang, agar tidak terdeteksi sistem deteksi radar. Ini membuat lawan sulit mencegah pertahanan rudal tersebut.
Serangan rudal Kinzhal Rusia ke Ukraina adalah pertama kalinya, senjata hipersonik digunakan dalam pertempuran dalam sejarah.
Baca Juga: Rudal Rusia kembali Hantam Ukraina
Pasukan Rusia telah menembakkan rudal tersebut beberapa kali sejak invasi ke Ukraina pada 24 Februari tahun lalu. Pada saat itu, Ketua Gabungan Kepala Jenderal AS Mark Milley meremehkan signifikansinya dan mengatakan hal itu tidak memiliki efek yang mengubah permainan, dalam perang.
Rudal Kinzhal
Moskow mengatakan Kinzhal adalah "sistem udara canggih buatan Rusia dengan rudal aero-balistik hipersonik".
Jet tempur MiG-31K dan MiG-31I Rusia membawa rudal hipersonik Kinzhal yang menampilkan radar siluman dan kemampuan manuver yang tinggi dan dirancang untuk menyerang target darat dan laut,” sebagaimana laporan kantor berita TASS.
Laporan tersebut menambahkan bahwa Kinzhal dapat berakselerasi hingga sepuluh kali kecepatan suara, dan menyerang target pada jarak lebih dari 2.000 km.
Rudal itu sendiri mampu bermanuver di sepanjang jalur penerbangan dan menembus pertahanan rudal udara dan anti-balistik; dan dapat dilengkapi dengan hulu ledak konvensional dan nuklir seberat 500 kg.
Baca Juga: Serangan Rudal Rusia ke Dnipro, Sedikitnya 30 Tewas
Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu mengkonfirmasi pada Agustus lalu bahwa penggunaannya di Ukraina beberapa kali dan mengklaim itu [rudal Kinzhal] tidak mungkin untuk dideteksi atau dicegat.
Pusat Studi Strategis dan Internasional mengatakan dalam sebuah laporan tahun lalu bahwa MiG-31K dapat menyerang dari arah yang tidak dapat diprediksi dan dapat menghindari upaya intersepsi sama sekali.
“Kendaraan yang membawa terbang mungkin juga lebih dapat bertahan daripada sistem Iskander seluler [peluncur rudal balistik medan perang seluler berkemampuan nuklir Rusia],” katanya.