Jakarta, Gatra.com- Secara global, glaukoma merupakan penyebab kebutaan tertinggi kedua - setelah katarak. Nyaris tanpa gejala, glaukoma berpotensi memberi dampak yang lebih fatal: kebutaan permanen!.
“Bersifat kronis, glaukoma merupakan salah satu penyakit mata yang berdampak sangat besar terhadap kualitas hidup penyandangnya," papar Dokter Subspesialis Glaukoma, dan Ketua JEC Glaucoma Service, JEC Eye Hospitals & Clinics, Prof. DR. dr. Widya Artini Wiyogo, Sp.M(K) dalam keterangan tertulisnya, Jumat (10/3).
Dampaknya bisa berakibat pada kecemasan bahkan depresi akibat risiko kebutaan, keterbatasan aktivitas sehari-hari karena gangguan lapang pandang. " Juga kendala fungsi sosial karena mulai menghilangnya penglihatan, hingga efek samping pengobatan, serta pengaruh finansial akibat biaya pengobatan yang dikeluarkan,” papar Guru Besar Tetap Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,
Baca juga: Jaga Kesehatan Mata di Era Serba Online
Sayangnya, lanjut Prof Widya, di Indonesia permasalahan glaukoma masih memprihatinkan lantaran penderita seringkali baru mencari pengobatan ketika sudah pada stadium lanjut. Lebih-lebih 80 persen kasus glaukoma muncul tanpa gejala.
"Ini yang membuat glaukoma dijuluki sebagai ‘si pencuri penglihatan’. Karenanya, penatalaksanaan glaukoma sedini mungkin sangatlah krusial agar progresivitas penyakit ini dapat dikontrol dan kerusakan saraf mata bisa diperlambat sehingga kebutaan pun tercegah,” tegas Prof Widya.
Data terakhir Kementerian Kesehatan dalam laporan “Situasi Glaukoma di Indonesia” (2019) memprediksi jumlah penderita glaukoma secara global pada 2020 mencapai 76 juta – atau meningkat sekitar 25,6% dari angka satu dekade lalu yang masih 60,5 juta orang. Sementara di Indonesia, data yang sempat dirilis secara resmi barulah prevalensi glaukoma sebesar 0,46% (setiap 4 sampai 5 orang per 1.000 penduduk).
JEC sendiri hingga 2022 kemarin telah menangani hampir mencapai 110.000 kunjungan pasien glaukoma selama 3 tahun terakhir. Memahami situasi mengkhawatirkan tersebut, JEC Eye Hospitals and Clinics kembali menjalankan inisiatif tahunan guna menggiatkan kesadaran masyarakat terhadap penyakit glaukoma.
Baca juga: Tumpas Katarak Kongenital Sejak Dini Bisa Minimkan Potensi Kemiskinan
Rangkaian aktivitas telah disusun dengan mengusung tema besar: "Building the Ecosystem to Fight Glaucoma". Kepala Divisi Riset dan Pendidikan JEC Eye Hospitals and Clinics, Dr. Rini Sulastiwaty Situmorang, SpM mengatakan, JEC meyakini deteksi dini menjadi faktor kunci untuk mencegah terganggunya penglihatan akibat glaukoma.
"Inilah yang mendorong kami tak henti menyuarakan bahaya glaukoma kepada masyarakat. Tidak hanya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat, mulai tahun ini, JEC ingin memberi impak yang lebih besar kepada masyarakat dengan menggagas inisiatif sosial terbaru sekaligus yang pertama di Indonesia, yaitu pemberian 100 tindakan operasi implan glaukoma secara gratis kepada masyarakat yang membutuhkan,” jelas dia.