Jakarta, Gatra.com - Salah satu upaya pemerintah mencapai net zero emission (NZE) dilakukan melalui transisi energi. Direktorat Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Kementerian ESDM, Widi Nugroho memaparkan bahwa sumber energi surya menjadi salah satu fokus yang dijalankan pemerintah.
"Untuk mendorong pencapaian NZE, salah satunya (melalui) pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Listrik Surya (PLTS). Kami juga mendorong implementasi PLTS atap dari sisi konsumen," ujarnya dalam diskusi bertajuk "Bincang Energi Surya: Teknologi, Kebijakan dan Tantangan Energi Surya dalam Mendukung JETP dan NZE" yang digelar secara hybrid, Kamis (9/3).
Pada 2025, target pembangunan PLT EBT On Grid termasuk PLTS terapung sebesar 18,5 gigawatt. Sementara, implementasi PLTS Atap ditargetkan mencapai 3.610 megawatt.
Baca juga: Standard Chartered Gelar World of Wealth 2023 dengan tema Investasi Hijau dan Biru di Indonesia
Ia mengatakan bahwa pembangunan PLTS Atap sejalan dengan skenario demand-supply yang dirancang. Dengan begitu, proses transisi energi turut melibatkan lebih banyak pihak.
Menurutnya, energi surya memiliki potensi besar untuk bisa dimaksimalkan. Sebagai negara dengan paparan sinar matahari yang banyak, hal itu bisa dimanfaatkan menuju energi baru terbarukan.
"Kita lihat jangka menengah dan jangka panjang. Energi surya punya peranan cukup besar, ini sama-sama kita dorong," ucapnya.
Baca juga: Menteri ESDM: Perlu Kebijakan untuk Jaga Suhu Dunia
Selain itu, adanya peluang penurunan harga pembangunan PLTS bisa diambil sebagai kesempatan optimal. Ini bisa memperbanyak pembangunan PLTS, termasuk PLTS Atap.
Berdasarkan IRENA Renewable Power Generations pada 2020, biaya pembangunan PLT EBT mengalami penurnan signifikan selama sepuluh tahun terakhir. Ia juga menyampaikan tren harga baterai lithium yang menurun hingga 97% dalam 30 tahun terakhir.
"Peluang khsususnya surya dari sisi harga semakin turun dan semakin kompetitif. Begitu juga dengan komponen penunjang PLTS, yaitu baterai yang harganya trennya menurun," terangnya.
Widi menilai bahwa untuk mewujudkannya, diperlukan peran dari seluruh pihak termasuk masyarakat. Kolaborasi menjadi kunci untuk mewujudkan transisi energi.
Diketahui, dalam dokumen Nationally Determined Contribution (NDC) terbaru, Indonesia berkomitmen dalam upaya penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 31,89% pada 2030 dengan kemampuan sendiri. Sementara, pada 2060 nanti, target NZE juga diharapkan bisa tercapai.