Jakarta, Gatra.com- Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengatakan bahwa harga beras masih cukup tinggi sejak pertengahan 2022 lalu. Padahal, diawal 2023 ini masa panen raya tiba.
Sekretaris Utama Bapanas, Sarwo Edhy mengatakan, Indonesia mulai memasuki masa panen raya pada Februari hingga Mei 2023. Sehingga diprediksi surplus beras kurang lebih 9 juta ton.
"Bahwa secara umum diawal 2023 harga pangan menunjukkan stabil, baik ditingkat hulu maupun hilir, kecuali harga gabah kering panen (GKP), gabah kering giling (GKG), dan beras medium ditingkat produsen yang masih meningkat sejak Juli 2022", ujar Sarwo Edhy dalam Executive Forum, Kamis (9/3).
Baca juga: Tinjau Panen Raya di Kebumen, Jokowi Temukan Rendahnya Harga Gabah Kering Panen
Lebih lanjut ia menjelaskan, cadangan beras di Bulog masih kurang. Saat ini posisi stok beras di Bulog hanya 336 ribu ton. Bapanas telah memerintahkan Bulog untuk menyerap cadangan beras di masa panen raya ini sebanyak 2,4 juta ton.
Harapannya, 1,2 juta ton beras yang nantinya diserap oleh Bulog bisa digunakan untuk mengisi stok beras di pasar dan sisanya diharapkan bisa digunakan untuk stok akhir pada Desember 2023.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) inflasi Februari 2023 sebesar 5,47 persen (year on year/yoy). Inflasi tersebut disebabkan oleh kenaikan harga bahan pokok.
Baca juga: Ini Penyebab Harga Beras Masih Mahal Meski Produksi Gabah Tinggi
Menurut data yang dihimpun oleh sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan jika dibandingkan dengan harga pada Desember 2022 lalu harga beras medium naik 7.27% dari semula Rp11.000 hingga Kamis (9/3) menjadi Rp.11.882 per kg. Sementara beras premium juga mengalami kenaikan sebanyak 5,43% atau setara dengan Rp13.600 per kg
Bapanas juga mengatakan, beras menjadi penyumbang inflasi terbesar, baik secara bulanan maupun tahunan. 0,08 persen untuk bulanan dan 0,32 persen untuk tahunan.