Mandalika, Gatra.com - Kurangnya minat masyuarakat untuk menonoton gelaran World Superbike (WSBK) di Sirkuit Mandalika 2023 ini memantik pernyataan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Lemenparekraf). Sepinya penonton hingga hari terakhir dapat dilihat dengan masih lengangnya sejumlah tribun jika dibandingkan dengan musim sebelumnya.
“Bisa jadi kurangnya penonton WSBK di Sirkuit Mandalika disebabkan Sirkuit Mandalika menjadi tuan rumah WSBK seri kedua dari total 12 seri pada musim 2023,” kata Menteri Pariwisaya Ekraf Sandiaga Salahuddin Uno, Minggu 5/3).
Selain itu kata Menteri, kurangnya penonton di WSBK tahun ini karena event kelas dunia ini merupakan seri awal setelah menuntaskan balapan di sirkuit Philip Island. Beda halnya dengan tahun lalu yang balapan sangat seru dan menghasilkan Toprak sebagai pembalap tercepat di Mandalika, bahkan membuat Alvaro Bautista sebagai juara dunia.
“Tapi bagi saya balapan kali ini juga cukup menarik dan memantapkan Sirkuit Mandalika sebagai lokasi ajang balap dunia yang ditunggu oleh para penggemar. Kurangnya penonton juga sudah kita antisipasi karena WSBK kali ini merupakan awal dari pada musim WSBK. Berbeda dengan tahun lalu yang akhir dan membuat semuanya menjadi antusias,” kata Sandiaga Uno.
Menurut Menteri, WSBK seri kedua, maka diibaratkan mesin motor baru dimulai, namun terlepas dari itu pihaknya mengakui jumlah penonton juga tetap ramai. Dari Kemenparekraf sudah menerjunkan tim untuk melihat dampak secara keseluruhan dari pelaksanaan WSBK di Sirkuit Mandalika yang berlangsung 3-5 Maret ini.
“Dampak yang dimaksud baik secara ekonomi, sosial dan lain sebagainya. Jadi saya tidak terlalu khawatir kalau terjadi penurunan tapi saya sudah dengar secara langsung juga dari koordinator lapangan WSBK bahwa jumlah penonton WSBK ini sudah sesuai target yang telah kita tetapkan sehingga masyarakat akan merasakan manfaatnya,” imbuhnya.
Sementara itu, Koordinator Lapangan WSBK, Jamaluddin Maladi, bahwa pergerakan penonton cukup bagus dan sebenarnya untuk melihat antusiasme ini tidak hanya dilihat dari tiket yang terjual tapi lebih pada seluruh masyarakat yang datang di Mandalika juga akan terhitung sebagai penonton.
“Jadi yang dihitung Dorna itu penonton bukan jumlah tiket terjual. Kalau tiket kisaran 45.000, belum terhitung tamu UMKM, relawan dan lainnya juga ikut dihitung sebagai penonton. Jadi Dorna hitungnya jumlah penonton di lokasi. Makanya bisa saja tiket yang terjual 45.000 tapi jumlah yang menonton lebih banyak seperti tahun-tahun sebelumnya,” jelasnya.