Balikpapan, Gatra.com- Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mirza Adityaswara mengingatkan agar bank menurunkan net interest margin (NIM) atau margin bunga bersih perbankan di Indonesia yang masih sangat tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia.
Mirza memaparkan alasan mengapa NIM perbankan masih sangat tinggi dibandingkan negara-negara lain di dunia.
"Operational cost-nya sangat tinggi sekali, baik pusat, cabang, dan biaya terkait kredit bermasalah," ungkap dia saat Focus Group Discussion di Balikpapan, Kalimantan Timur, Jumat (3/2) malam.
Baca juga: Siap Bangun Kantor Baru di IKN, Ini Persiapan OJK
Demikian halnya dengan non performing loan (NPL) alias kredit macet yang tinggi. "Kredit masalah antara 2,5%-3% kalau bisa ditekan menjadi 1% akan mengurangi biaya bank," jelas dia.
Memang NPL Indonesia dibanding negara lain jauh lebih tinggi karena beban operasional yang tinggi. "Saat jadi analyst, di Indonesia (NPL-red) bank masih 3%. Hongkong dan Singapura hanya 1%. Kalau ngacu kesitu, opersional cost harus ditekan lebih rendah lagi," kata Mirza
Nah alasan lain, lanjut dia, kebutuhan biaya terkait sumber daya manusia, operasional dan pembukaan cabang serta kantor pusat yang juga tinggi. Geografis Indonesia yang kepulauan juga menjadikan beban operasional tinggi juga.
Baca juga: OJK: Sektor Jasa Keuangan Stabil dan Tumbuh Positif
Salah satu cara untuk mengurangi kredit bermasalah, menurut Mirza adalah dengan informasi kredit yang lebih baik. "Misalnya dengan memanfaatkan lembaga biro kredit, hal ini tentu akan membuat kredit bank lebih baik," pungkas dia.