Pekanbaru, Gatra.com - Membuka ruang untuk orang ngomong sembari memperlihatkan gesture menyimak, menjadi kesan pertama yang kelihatan dari sosok lelaki 55 tahun ini.
Kesan formal sama sekali tidak diperlihatkan meski dia salah seorang direktur perusahaan ternama; PT. Astra Agro Lestari Tbk (AAL).
Malah kesan humble itu yang sangat kentara saat lelaki bernama M. Hadi Sugeng Wahyudiono ini, duduk semeja tadi malam, makan bersama dengan sejumlah anak buahnya yang karyawan rendahan di salah satu sudut Kota Pekanbaru, Riau.
"Kita memang selalu berbaur. Salah satunya ya kayak begini. Biar komunikasi lintas jenjang selalu lancar," begitu alasan ayah dua anak ini sembari menggamit Gatra.com untuk duduk di sampingnya.
Jadilah pepatah "Kacang Lupa Kulitnya" tidak berlaku sama sekali kepada jebolan Universitas Negeri Jember Jawa Timur ini.
Hadi memulai karirnya sebagai asisten kebun di kebun AAL Kalimantan Tengah (Kalteng) pada 1994 silam. Perlahan, berjenjang menanjak hingga sampai di posisi sekarang; Direktur. Perjalanan inilah yang menempanya menjadi sosok yang jauh dari sikap jumawa.
Barangkali, oleh pengalamannya yang sangat panjang itulah Ketua Bidang Implementasi Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) GAPKI Pusat ini begitu lancar mengurai apa dan seperti apa industri kelapa sawit saat ini. Baik di sisi hulu, maupun hilir.
Dan oleh sifat pengayomnya itu pula dia tak berpikir panjang mengurai ide-ide tentang bagaimana merangkul banyak orang dan ragam perusahaan yang ada di Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) bila kelak, dia yang dipercaya menjadi pemimpin GAPKI lewat Musyawarah Nasional yang bakal digelar di Bali pekan depan.
Beginilah penuturan ayah dua anak ini kepada Gatra.com tadi malam sambil sesekali menyomot makanan kecil yang ada di meja sederhana di hadapanya;
Kelapa sawit telah menjadi komoditi sangat strategis. Semua orang tahu itu. Lantaran kestrategisan itulah makanya tak salah kalau industri ini benar-benar harus mendapat perlindungan, agar dia terus berkembang.
Bahwa banyak yang tidak senang dengan sawit, iya. Di luar sana juga begitu, tapi itu enggak lebih dari akibat persaingan dagang. Sebab banyak orang tahu, sawit adalah minyak nabati yang paling baik, efektif dan paling murah di dunia.
Baca juga: Sinyal Bahaya Produksi Sawit
Seperti yang saya bilang tadi, kita ingin industri sawit berdaulat di dalam negeri dan diterima di pasar global.
Agar berdaulat di dalam negeri, kita harus menjadi mitra strategis pemerintah, khususnya saat membuat kebijakan-kebijakan.
Sebab semua regulasi yang menyangkut sawit harus bersinergi. Sekarang kan belum. Masih banyak yang musti disinergikan.
Lantaran itulah, GAPKI harus ikut terlibat di sana supaya regulasi itu benar-benar pro sawit. Tentu pro yang tetap harus memikirkan keberlanjutan lingkungan juga.
Soal keberlanjutan ini, kita sudah punya ISPO. ISPO ini milik Indonesia dan menurut saya sudah paripurnalah.
Semua parameternya bagus-bagus, tinggal dikuatkan saja. Untuk menyukseskan ISPO ini, kita berharap pemerintah membantu kita lantaran GAPKI sangat berkepentingan pada ISPO ini.
Sebab kalau ISPO ini sukses, kita sudah akan bisa ngomong di mana-mana kalau kelapa sawit Indonesia itu sustainable. Jika sudah sustain, tentu keberterimaan juga sudah clear.
Terkait petani sawit, kita akan tingkatkan lagi yang namanya kemitraan, biar ada kesetaraan produktifitas. Selama ini kan antara petani dan perusahaan masih ada gap yang cukup lebar.
Kalau ini enggak ditangani, antara petani dan perusahaan enggak akan pernah bisa seiring-sejalan. Selama tidak bisa seiring-sejalan, sampai kapanpun keharmonisan maupun trust enggak akan ada, akan masih terdegradasi.
Agar bisa kesampaian, kita harus saling merangkul. Bersama GAPKI, asosiasi petani dan yang lainnya musti bahu membahu. Paling tidak, saling share agar produktifitas terus meningkat.
Program Peremajaan Sawit Rakyat (PSR) menjadi salah satu yang harus kita geber bersama. Sebab GAPKI sendiri, sangat punya kepentingan menyukseskan program prioritas Presiden Jokowi ini.
Di GAPKI, banyak perusahaan yang punya binaan. Baik itu berbentuk plasma, KKPA dan tidak sedikit yang bermitra dengan swadaya.
Ini tentu menjadi perhatian kita. GAPKI akan mendorong anggota-anggota GAPKI untuk lebih intens menangkap persoalan yang dihadapi petani.
Baca juga: Prof Bungaran Saragih: Kalau PTPN Sawit Maju Caketum GAPKI, Itu Bagus. Tapi...
Kalau petani terbantu, utilisasi pabrik pengusaha akan bagus juga. Salah satu upaya itu apa, ya ISPO tadi. Meski ISPO belum mandatori bagi petani, anggota GAPKI sudah membikin pilot project kok soal ISPO ini. Beberapa kelompok petani sudah didampingi dan berhasil. Keberhasilan ini tentu akan kita tularkan ke tempat lain.
Kalau kemudian ada kendala, lewat perusahaan anggota GAPKI, kendala ini kita bawa ke GAPKI cabang untuk dikomunikasikan dengan pemerintahan setempat, khususnya kepada pihak Perkebunan, Kehutanan maupun BPN.
GAPKI pusat akan men-summerize semuanya. Lalu di level pusat akan intens membicarakan masalah petani ini di tingkat kementerian.
Kami sangat berharap tiga kementerian yang ada --- Kehutanan, BPN dan Pertanian --- bersinergi. Sebab tanpa adanya sinergi, masalah yang ada enggak akan pernah selesai.
Untuk ini, lagi-lagi perlu duduk bersama. Ini sangat penting. Rapat Koordinasi Nasional Sawit di Jakarta yang digelar oleh Kementerian pertanian beberapa hari lalu tentu menjadi momentum, langkah awal.
Kalau kemudian benar-benar telah hadir kesepakatan untuk menghasilkan solusi, saya sangat yakin, sebagian besar masalah yang dihadapi petani akan terbantu.
Pekan depan, GAPKI menggelar Munas. Perlu saya sampaikan, GAPKI ini milik kita bersama, organisasi yang telah sangat matang lantaran sudah berumur 42 tahun.
Mari kita sukseskan Munas itu dengan cara-cara yang benar-benar demokratis, berkepala dingin. Pilihlah calon pemimpin yang terbaik menurut kita, yang benar-benar paham persoalan, biar GAPKI lebih maju lagi ke depannya.
Soal mana yang terbaik, tentu kita bisa melihat sendiri, sebab calon yang diusulkan itu bukan orang-orang baru kok, tapi justru sudah orang lama di GAPKI.
Hindari kepentingan jangka pendek, lebih melihatlah pada long term GAPKI, dengan begitu kita akan bisa selalu enjoy namun serius melakukan banyak hal.
Apapun yang terjadi nanti, siapapun yang terpilih memimpin GAPKI, mari kita dukung dan saling rangkul. Sebab itu tadi, GAPKI adalah kita, untuk semua.
Mari kita tunjukkan kontribusi GAPKI yang lebih nyata lagi, agar perusahaan yang belum menjadi anggota GAPKI melihat dan akhirnya merasa butuh dengan GAPKI.
Untuk ini, soliditas pusat dan cabang-cabang harus benar-benar kita rapikan lagi. Yang selama ini masih ada yang kurang misalnya, harus kita rapikan sehingga perusahaan lain melihat bahwa GAPKI telah banyak berbuat dan bisa dirasakan anggotanya.
Kalau ini bisa kita jalankan bersama-sama, saya yakin, anggota GAPKI yang saat ini berjumlah 721 perusahaan itu, akan terus bertambah.
Abdul Aziz