Jakarta, Gatra.com - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Arsjad Rasjid menilai kenaikan harga BBM Pertamax bakal membuat masyarakat semakin sulit meninggalkan BBM bersubsidi jenis Pertalite.
Seperti diketahui harga Pertamax resmi naik per 1 Maret 2023 menjadi Rp13.300 per liter dari sebelumnya hanya Rp12.800 per liter. Kenaikan harga Pertamax ditetapkan berdasarkan mekanisme pasar, mulai dari harga minyak mentah global hingga nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat.
Menurut Arsjad, untuk menghadapi potensi kenaikan harga BBM lebih lanjut diperlukan diversifikasi sumber energi. Hal itu, kata dia dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil yang harganya rentan berfluktuatif.
"Kita perlu memperkuat program energi baru terbarukan," ujar Arsjad dalam keterangannya, Kamis (2/3).
Adapun program energi terbarukan yang perlu dikembangkan, kata Arsjad adalah ekosistem kendaraan listrik. Ia meyakini bahwa langkah konversi ke kendaraan listrik dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap BBM.
Selain itu, Arsjad mendorony pemerintah agar mengimplementasikan kebijakan yang konsisten. Hal itu menurut Arsjad penting untuk meningkatkan realisasi investasi di sektor energi terbarukan.
Adapun Arsjad menyebutkan sejumlah usulan dari kalangan pengusaha antara lain mempercepat pengadaan PLN, mempersingkat proses negosiasi power purchasing agreement (PPA), dan menyederhanakan pembebasan lahan, izin lingkungan serta berbagai penguatan infrastruktur dan teknologi.
"Semua upaya ini akan membantu mencapai target Grand Strategi Energi Nasional, yaitu mencapai target bebas emisi atau net zero emission pada 2060," tutur Arsjad.
Arsjad pun meminta agar asyarakat juga terus mendukung upaya pemerintah dalam meningkatkan efisiensi energi dan mengurangi ketergantungan pada BBM.
"Ini sebagai bagian dari upaya bersama dalam mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan dan menjaga keberlanjutan ekonomi Indonesia," imbuhnya.