Home Ekonomi Sudah Impor 500 Ribu Ton, Kenapa Harga Beras Masih Tinggi di Tahun Politik?

Sudah Impor 500 Ribu Ton, Kenapa Harga Beras Masih Tinggi di Tahun Politik?

Jakarta, Gatra.com - Harga beras tak kunjung turun meskipun Bulog telah impor 500.000 ton dari sejumlah negara di Asia. Hal itu menjadi tanda tanya masyarakat ihwal operasi pasar yang dilakukan Bulog tak mampu mendesak harga beras turun.

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Bustanul Arifin mengistilahkan persoalan beras sarat terjadi di tahun-tahun politik jelang pemilu. Harga beras yang tinggi bisa menjadi daya tarik politisi untuk mulai beraksi.

"Masalahnya ini tahun pemilu, biasanya harga beras yang tinggi lebih sensitif dibandingkan harga gabah yang rendah. Itu fakta," ungkap Bustanul dalam diskusi publik Indef secara virtual, Kamis (2/3).

Baca juga: Ini Penyebab Harga Beras Masih Mahal Meski Produksi Gabah Tinggi

Ia mengungkapkan, tingginya harga beras hingga saat ini tak lepas dari kinerja Perum Bulog menyerap cadangan beras di tahun lalu. Adapun Bulog pada tahun 2022 hanya menyerap sekitar 993,9 ribu ton beras. Penyerapan itu lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang tembus satu juta ton.

"Mengapa rendah? ya karena enggak mampu beli karena harganya ketinggian," ujarnya.

Menilik tren harga gabah dan beras sepanjang 2022, kata Bustanul rata-rata sudah berada di atas harga pembelian pemerintah (HPP ). Dengan demikian, penyesuaian HPP gabah dan beras yang baru perlu segera dilakukan.

Musababnya, kenaikan harga beras juga tidak lepas dari biaya produksi yang meningkat. Utamanya harga pupuk yang tinggi dan kelangkaan pupuk subsidi dialami petani.

"Nah sekarang sudah sangat tinggi (biaya produksi), HPP-nya harus dinaikkan sebetulnya," ucapnya.

Baca juga: Kok Bisa! Beras dan Rokok Picu Inflasi Melonjak Jadi 5,47%

Penyaluran subsidi pupuk secara langsung kepada petani dinilai Bustanul menjadi kunci untuk reformasi kebijakan di sektor ini. Menurutnya, saat ini skema subsidi pupuk langsung itu bakal diuji coba terlebih dahulu melalui sebuah pilot project.

"Studi sudah dilakukan oleh teman-teman di Perhepi," imbuhnya.

Menyitir data Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga beras medium per 1 Maret 2023 rata-rata sebesar Rp11.900 per kilogram atau naik 0,85% dari harga akhir Februari 2023 sebesar Rp11.800 per kilogram. Bahkan sepanjang tahun 2023 ini, harga rata-rata beras medium secara nasional sudah naik 6,25% dari Rp11.200 per kilogram menjadi Rp11.900 per kilogram.

Padahal operasi pasar Bulog menetapkan beras medium di tingkat konsumen bisa dijangkau dengan harga Rp9.450 per kilogram. Teranyar, Badan Pangan Nasional menetapkan harga pembelian atas (ceiling price) beras medium di Perum Bulog sebesar Rp9.000 per kilogram.

165