Jakarta, Gatra.com- Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti mengatakan tidak ada larangan terbang ke wilayah Nduga, Papua Pegunungan dari pemerintah yang diterima pihaknya sebelum insiden pembakaran pesawat terjadi pada Selasa, (7/2) lalu.
Susi mengklaim, sejak berdiri tahun 2006, Susi Air selalu melayani penerbangan ke Papua dengan memegang teguh pedoman keselamatan, kehati-hatian sesuai dengan medan dan keamanan di Papua.
"Kita biasanya tidak terbang ke tempat yang memang sudah ada indikasi, rumor, ketentuan, ada notam resmi dari pemerintah. Notam itu ya no to air, ketentuan tidak boleh terbang," kata Susi dalam konferensi pers di SA Residance, Rabu, (1/3).
Dikatakan Susi, pihaknya selalu berkoordinasi dengan maskapai penerbangan lain mengenai keamanan penerbangan.
Susi menambahkan Bandara Paro yang berada di wilayah Nduga, Papua Pegunungan itu sebenarnya dalam kondisi aman.
Terlebih, pemerintah telah menetapkan Bandara Paro sebagai bandara perintis untuk melayani mobilitas masyarakat, terutama kegiatan angkutan udara niaga yang melayani rute penerbangan daerah terpencil.
"Jadi semua yang diterbangi (dilewati) adalah rute perintis dan rute yang aman. Paro itu salah satu rute perintis dan kita terbang ke sana bertahun-tahun menerbangi rute perintis. Rute perintis ini salah satu rute yang ditentukan dalam kontrak dan harus diterbangi Susi Air, itu bandaranya diketahui dan tertulis dalam kontrak," tuturnya.
"Dengan segala kehati-hatian, yang terjadi ini adalah sebuah surprise dan saya sangat prihatin, tidak habis pikir," sambung Susi.
Seperti diketahui, Pesawat Susi Air dengan nomor penerbangan SI 9368 dibakar oleh KKB Papua pimpinan Egianus Kogoya di Landasan Terbang Paro, Distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan.
Akibat peristiwa ini, pilot Susi Air Philips Max Mehrtens juga disandera Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat Organisasi Papua Merdeka (TPNPB OPM) di Nduga, Papua Pegunungan.
"Benar pesawat susi air sudah dibakar. Pelaku pembakaran diduga kuat dilakukan oleh Kelompok Separatis Teroris pimpinan Egianus Kogoya," kata Danrem dalam pesan singkatnya.