Jakarta, Gatra.com- Founder Susi Air, Susi Pudjiastuti mengungkapkan, pesawat Susi Air kini tidak melayani penerbangan di pegunungan Papua buntut kejadian penyanderaan pilotnya, Kapten Philips Mehrtens, oleh teroris kelompok kriminal bersenjata (KKB).
Salah satu penyebabnya adalah berkurangnya kepercayaan diri para pilot Susi Air akibat kejadian pembakaran pesawat dan penyanderaan pilot di sana.
Hal tersebut Susi sampaikan dalam jumpa pers di SA Residences, Makasar, Jakarta Timur, Rabu (1/3).
"Jadi kami mohon maaf, saya sebagai pemilik dan perintis Susi Air, pada 2006 kami masuk Papua, sekarang ini ya tidak bisa melayani lagi," katanya.
"Tentu banyak sebabnya, bukan cuma satu armada berkurang dengan dibakarnya pesawat kami. Tahun lalu kami kehilangan satu, sekarang satu," ujar Susi.
"Yang kedua juga confident di antara pilot-pilot kita tidak memungkinkan adanya penerbangan lagi di wilayah pegunungan," sambungnya.
Susi mengatakan, kondisi ini membuat layanan yang diberikan Susi Air di Papua menjadi sulit. Dia mengatakan, para pilot Susi Air mungkin saja resign apabila Kapten Philips Mehrtens tidak kembali dari penyanderaan KKB. "Jadi resignation juga akan tinggi, bila penyelesaian Kapten Philips ini tidak bisa baik," ucap Susi.
Susi lantas mengingatkan KKB bahwa masyarakat punya hak untuk mendapatkan akses transportasi dan mendapatkan kebutuhan pokok.
Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan ini turut berterimakasih kepada TNI, Polri, pemerintah, hingga masyarakat Papua yang sudah berupaya bernegosiasi dengan penyandera Kapten Philips. "Walaupun sampai dengan hari ini upaya-upaya yang dilakukan belum ada hasil," katanya.
"Tapi kita tidak boleh putus asa. Saya mohon doa dari semua, tragedi ini bisa berakhir dengan baik dan memulihkan kembali kegiatan operasional penerbangan Susi Air seperti semula melayani," imbuhnya.
Sebagai informasi, Philips yang merupakan warga negara Selandia Baru bersama lima penumpang Susi Air hilang kontak sesaat setelah mereka mendarat di Bandar Udara Paro, Kabupaten Nduga, Papua Pegunungan, pada Selasa (7/2).
Pesawat dengan nomor registrasi PK-BVY itu diduga dibakar oleh KKB pimpinan Egianus Kogoya sesaat setelah mendarat. Lima penumpang merupakan orang asli Papua (OAP).
Kelimanya telah dievakuasi dan kembali ke rumah masing-masing. Sementara Philips masih dibawa KKB. TNI hingga Polri terus mengupayakan agar Philips Mehrtens bisa dibebaskan.