Jakarta, Gatra.com–Untuk meningkatkan kemandirian energi, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, Indonesia perlu memproduksi bahan bakar alternatif selain BBM. Seiring dengan pengembangan baterai untuk kendaraan listrik, peningkatan pemakaian B-35, dan juga produksi etanol, impor BBM dapat dijaga agar tidak terus meningkat.
Selain itu, BBM akan membantu pengembangan industri petrochemical melalui produk naphta untuk menghasikan defin dan polimer sebagai bahan baku plastik dan tekstil yang bernilai tinggi.
Untuk mendukungan pengembangan baterai kendaraan listrik (EV), Erick menegaskan BUMN terbuka berkolaborasi dengan rekanan global dan pengusaha swasta dalam negeri. “Kami membangun IBC yang bekerja sama dengan LG dan CATL yang akan memproduksi baterai listrik dengan kapasitas sebesar ~45 Gwh,” kata Erick dikutip dari keterangan tertulisnya, Rabu (1/3).
IBC adalah Indonesia Battery Corporation atau dikenal dengan nama PT Industri Baterai Indonesia (IBI). Ada pun CATL adalah perusahaan baterai kendaraan listrik asal China. Kedua perusahaan telah menyepakati pembentukan usaha patungan.
Untuk produksi biodiesel dan minyak goreng, kata Erick, BUMN membentuk Palm Co yang akan mengkonsolidasi lahan karet yang belum optimal menjadi sawit hingga mencapai luas lahan 600 ribu hektar untuk meningkatkan produksi minyak goreng hingga 2 juta ton per tahun dan biodiesel sebesar 440 ribu ton per tahun.
Selain itu, pemerintah juga berencana mendorong pengembangan 5 juta hektar lahan tebu di mana BUMN juga akan turut berperan. Dengan pengembangan ekosistem ini, tambah Erick, Indonesia tidak hanya akan meraih swasembada gula, namun juga akan menghasilkan 1.2 juta kiloliter ethanol di tahun 2030.
“Satu juta hektar dari tebu di Indonesia, akan memproduksi sekitar 5.97 juta ton gula (swasembada gula) dan 2.45 juta KL Bioetanol. Ini akan mengurangi biaya impor BBM sekitar $2,78 milyar per tahun,” kata pria asal Lampung itu.
Di samping itu, Indonesia juga telah memulai membangun ekosistem pasar karbon yang dihasilkan dari 120 juta hektare hutan hujan tropis yang bekerja sama dengan Brazil yang memiliki 490 juta hektare hutan tropis.
Untuk itu, baru-baru ini Erick telah bekerja sama dengan OJK dan Bursa Efek Indonesia membangun ekosistem pasar karbon BUMN. Untuk sertifikasi karbon di BUMN, Erick telah menugaskan IDSurvey. Dibentuk pula piloting piloting 7 BUMN (Pertamina, PLN, MIND ID, Pupuk Indonesia, Semen Indonesia, Perhutani, PTPN) dengan emisi terbesar untuk berperan dalam voluntary carbon market, dengan potensi carbon credit sebesar 0.9 juta ton CO2. [