Menghadapi tantangan global yang makin komplek, penguasaan teknologi menjadi hal yang mutlak harus dilakukan. Khususnya dalam ketahanan pangan. Anggota Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Marsudi Wahyu Kisworo mengungkapkan penguasaan teknologi di sektor pertanian sudah diterapkan para petani milenial. Ia menyontohkan di Serang, Banten ada lahan pertanian seluas 200 hektar yang dikelola oleh lima orang pemuda.
Menariknya, kata Marsudi, untuk menjaga kebunnya dari serangan hama, kelima petani milenial itu tidak menggunakan cangkul, melainkan menggunakan drone yang dikendalikan lewat smartphonenya. Jadi Jika ada hama bisa langsung ditembak menggunakan laser yang dipasang di drone.
“Hal ini yang harus tersampaikan kepada seluruh petani agar ketahanan pangan di Indonesia bisa terjamin,” ujar Marsudi saat menjadi pembicara dalam Focus Group Discusion (FGD) dengan tema Geliat Ketahanan Pangan Indonesia 2023 yang digelar Panen News di kawasan Warung Jati, Jakarta Selatan, Senin (27/2).
Marsudi juga menggarisbawahi soal perkembangan manusia yang populasinya selalu bertambah tiap tahunnya, tapi lahan pertanian justru menyusut. Menurut Marsudi petani Indonesia harus bisa memanfaatkan ruang agar dengan ruang yang kecil namun bisa memproduksi dua kali lipat hasil panen daripada sebelumnya.
“Misalkan seperti urban farming yang hanya menggunakan ruang seadanya untuk bertani. Namun jika hal tersebut dilakukan oleh separuh penduduk Indonesia, maka ketahanan pangan di negeri ini bisa terjamin,” ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut, Marsudi juga menyampaikan, ada beberapa tantangan konkret dalam hal ketahanan pangan di Tanah Air. Yang pertama adalah perubahan iklim. Ini menjadi tantangan, karena jika sebelumnya para petani bergantung pada cuaca untuk menanam padi. Namun hal tersebut tidak bisa lagi menjadi tolak ukur.
“Saat ini musim hujan sudah tidak teratur, dampaknya petani kerap mengalami kerugian karena padi yang ditanamnya kebanjiran atau bahkan kekeringan karena tidak ada air,” ujarnya.
Kemudian tantangan yang kedua adalah Pandemi. Hampir tiga tahun Indonesia dihantam Pandemi dan hal ini cukup terasa melumpuhkan perekonomian di berbagai sektor usaha, termasuk di sektor pertanian. Pasalnya masyarakat tidak bisa bergerak keluar rumah.
Tantangan yang ketiga adalah geopolitik di antaranya perang Rusia- Ukraina, dimana beberapa negara terdampak langsung atas perang tersebut. Indonesia sebenarnya juga terdampak, namun masih bisa ditambal.
Berikutnya, tantangan yang ke empat adalah pertumbuhan penduduk. Data yang ada di BRIN, setiap tahunnya lahan pertanian berkurang hingga 100 hektar. Artinya lahan untuk pertanian berkurang, sementara naluri mahluk hidup untuk berkembang terus berjalan. “Hal ini tentu menjadi masalah yang harus ditemukan solusinya,” ucap Marsudi.
Terakhir adalah minimnya regenerasi petani dan nelayan. “Ini menjadi masalah yang terus dilakukan solusinya. Salah satunya adalah bagaimana menarik kelompok Milenial untuk mau terjun menjadi petani,” ujarnya.
Sementara itu, pembicara berikutnya, perwakilan dari Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan), Septalina Pradini menjelaskan bahwa Kementan telah menyebar petugas penyuluh pertanian yang stand by di tiap kecamatan. Untuk para petani yang ingin berkonsultasi bisa langsung mendatangi badan penyuluh pertanian yang ada di daerahnya.
“Kita sebagai pemerintah, tentu mendukung terciptanya iklim sikus pertanian yang sehat. Karena ini berhubungan dengan hajat hidup orang banyak,” ujarnya.
Sementara pembicara lainnya, pegiat sosial, Nukila Evianty mengatakan, ada banyak cara untuk menghadapi tantangan soal ketahanan pangan. Salah satunya dengan pemberdayaan para petani Indonesia. Sebab petani di Indonesia itu tidak sejahtera. Bahkan sebagian besar petani juga tidak ingin anaknya menjadi petani. Para petani memilih untuk membelikan anaknya motor untuk bisa bekerja sebagai pengemudi ojek online.
“Keadaan ini cukup miris, karena apa yang kita makan dari petani. Namun kenyataannya bertani bukan pekerjaan yang banyak diminati,” ujarnya.
Nukila mengajak para anak muda agar bisa memaksimalkan kemampuannya untuk membangun jaringan yang bisa membangkitkan pertanian. Menurutnya banyak lembaga donatur yang mau memberikan sumbangan dana untuk keberlangsungan pertanian yang lebih modern.
“Yang penting para anak muda ini memiliki ide atau konsep. Kemudian juga harus memiliki cara untuk menguraikan ide tersebut menjadi suatu gerakan,” ucapnya.
Acara FGD ini digelar dalam rangka memperingati tiga tahun usia Panen News. Hadir di acara ini Pemimpin Umum Panen News yang juga CEO PT Tangguh Media Nusantara, Amir Firmansyah dan Pimpinan Redaksi Panen News. Azanil Kelana yang juga selaku moderator.