Jakarta, Gatra.com - Sastrawan Ayu Utami kembali memberi penghargaan kepada penulis pemula dalam sayembara Hadiah Sastra untuk Pemula "Rasa". Tahun ini menjadi ajang kedua yang digelar Ayu untuk penulis pemula dengan karya novel atau kumpulan cerpen.
Sejumlah syarat karya yang mengikuti ajang ini merupakan novel atau kumpulan cerpen yang terbit sebagai buku fisik dengan ISBN antara November 2021 sampai Oktober 2022. Penulis pemula yang dimaksud adalah penulis yang sudah menerbitkan maksimal tiga karya dan karya yang dikompetisikan belum pernah memenangkan ajang atau perlombaan apapun sebelumnya.
Ayu sebagai juri tunggal sekaligus pemberi penghargaan mengatakan dalam sayembara "Rasa" tahun ini hanya ada 14 karya yang masuk, jumlah itu lebih sedikit dibandingkan pada sayembara tahun lalu mencapai 41 karya. Adapun dari 14 karya yang ia terima, diseleksi sebanyak 5 besar karya terbaik. Pemenang utama dalam sayembara ini mendapatkan hadiah dari Ayu berupa uang tunai sebesar Rp10 juta.
Ayu menyebut lima karya yang menjadi unggulan antara lain "Yang Menguar di Gang Mawar" oleh Asri Pratiwi Wulandari; "Jalan Lahir" oleh Dias Novita Wuri; "Persembunyian Terakhir Ilyas Hussein" oleh Muhammad Nanda Fauzan; "Melepaskan Belenggu" oleh Rumadi; dan "Arum Manis" oleh Teguh Affandi.
Ayu mengumumkan, dari lima karya finalis tersebut, pemenang utamanya adalah karya "Jalan Lahir" oleh Asri Pratiwi Wulandari. "Jalan Lahir" bercerita tentang silsilah kecil keluarga yang terdiri dari nenek, ibu dan anak perempuan. Novel tersebut bisa diibaratkan sebagai kepingan sisi lain sejarah Indonesia modern sebagai anak haram yang muram dan hampa cinta.
Ia menjelaskan, penilaian dilakukan dengan mempertimbangkan tiga prinsip yaitu prinsip pemersatu yang membuat karya menjadi utuh, prinsip kekuatan atau intensitas ketegangannya, serta prinsip emansipasi atau pembebasan yang ditawarkan suatu karya.
"Teks ini (Jalan Lahir) nyaris merupakan empat variasi atas tema, kehamilan, aborsi, dan kehampaan yang dibawakan dengan puitis. Saya ingin bilang bahwa ini (Jalan Lahir) seperti kembali yang terjadi dari tragedi yang dibawakan dengan murung dan cantik," ujar Ayu dalam Pengumuman dan Penyerahan Hadiah Sastra "Rasa" 2023 di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Ahad (26/2).
Menurut Ayu, dalam naskah Jalan Lahir terdapat dorongan atau kebutuhan membangun kesan atau rasa-rasa lebih diutamakan dibandingkan dorongan akan kewajaran plot. Ragam karakter dalam cerita Jalan Lahir pun memang banyak, namun menurut Ayu semua karakter berbicara dengan bahasa kemurungan yang seragam.
"Novel ini mengutamakan kemurungan di atas kewajaran. Menurut saya, prinsip pemersatu cerita ini adalah kemurungan itu sendiri," ucap Ayu.
Berawal dari Niatan untuk Berbagi Hadiah
Sastrawan yang dikenal lewat karya berjudul "Saman" ini mengungkapkan awal mula dirinya membuat sayembara Hadiah Sastra ini. Ia mengatakan, ide awal hadiah sastra itu terpikirkan ketika ia menerima penghargaan Achmad Bakrie untuk Kesusasteraan tahun 2018 lalu.
"Saya dapat hadiah uang tunai Rp250 juta, saya lalu gunakan (bagikan) lagi menjadi hadiah tahunan untuk penulis pemula," kata Ayu.
Adapun alasan novelis yang pernah mendapat Prince Claus Award ini memilih nama "Rasa" dalam penghargaannya kepada penulis pemula adalah terkait riset yang ia tengah lakukan mengenai konsep rasa dalam masyarakat Indonesia.
"Dan melihat bahwa "Rasa" adalah konsep kunci dalam pemikiran Nusantara," tutur Ayu.