Jakarta, Gatra.com – Riset baru dari Accenture menyarankan perusahaan di Indonesia untuk mengadopsi strategi Total Enterprise Reinvention yang berkelanjutan. Hal tersebut diperlukan untuk memanfaatkan kesempatan dalam menetapkan standar kinerja yang baru sejalan ambisi Indonesia untuk mencapai status negara dengan pendapatan tinggi pada 2045. Strategi tersebut dinilai penting agar perusahaan bisa menumbuhkan pendapatan, mengurangi biaya, dan peningkatan neraca yang lebih tinggi.
Salah satu elemen penting dalam strategi tersebut, dan sejalan dengan agenda Indonesia, adalah semakin perlunya inovasi dan implementasi teknologi baru dalam pengelolaan sumber daya yang lebih baik dan ekspansi pasar. Accenture berkesimpulan bahwa setelah masa pandemi, perkembangan teknologi secara cepat membentuk ulang industri dan memberi definisi baru pada keunggulan kompetitif.
Hal itu membuat berbagai bisnis di Indonesia memiliki lebih banyak peluang dalam mendorong produktivitas dan menjadi pemimpin di bidangnya masing-masing. Salah satu cara bagi perusahaan untuk memanfaatkan peluang adalah dengan meningkatkan potensi teknologi, termasuk pada aspek pengetahuan, keterampilan, dan sumber daya manusia, terutama terkait teknologi seperti AI dan cloud computing.
Dalam konteks tersebut, Accenture mencontohkan studi kasus pada Program Transformasi Siam Commercial Bank (SCB) yang berfokus pada pengembangan infrastruktur dan kapabilitas teknologi perusahaan untuk menciptakan fondasi SCB menjadi bank digital. Konkretnya, perusahaan mengganti aplikasi lama dan bermigrasi ke data lake baru berbasis cloud.
Pabrik digital didirikan untuk mengembangkan aplikasi bank dan tumpukan digital baru. Hal ini memungkinkan bank untuk mengembangkan basis pengguna aplikasi digitalnya menjadi lebih dari 13 juta pengguna pada tahun 2022, naik dari 2,5 juta sebelum program transformasi. Tahap selanjutnya dalam perjalanan SCB menuju reinvention adalah menjadi “grup bisnis fintech”—sebuah perusahaan teknologi yang menyediakan layanan yang berpusat pada pelanggan, termasuk perbankan.
Dengan melakukan restrukturisasi menjadi entitas baru, SCBx, perusahaan bermaksud memanfaatkan basis pelanggannya di seluruh platform untuk memperluas jangkauannya hingga 200 juta orang. Perusahaan berinvestasi dalam teknologi baru, termasuk blockchain, metaverse, dan Web 3.0.
Country Managing Director Accenture di Indonesia, Jayant Bhargava mengatakan, bisnis saat ini harus mampu untuk mengetahui dan memanfaatkan tren-tren besar seperti perubahan demografis, disrupsi teknologi, dan kebutuhan konsumen yang terus berkembang. “Sebagai contoh, pasar social commerce di Indonesia telah menunjukkan potensi untuk mendapatkan daya tarik yang cepat. Sehingga kami meyakini bagi konglomerasi di Indonesia atau perusahaan lain yang ingin memanfaatkan potensi penuh social commerce, mengadopsi pola pikir Total Enterprise Reinvention sangat penting,” ucap Jayant.
Jayant menambahkan, menempatkan TER sebagai tujuan akan menciptakan perusahaan yang tangguh, siap, dan mampu beradaptasi dengan teknologi baru, tren pasar, dan kebutuhan pelanggan. Hal tersebut pada akhirnya akan mempercepat produktivitas dan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Sustainability and Total Enterprise Reinvention Lead Accenture di Southeast Asia, Alison Kennedy mengatakan, Total Enterprise Reinvention bukan suatu metode atau cara, namun merupakan sebuah strategi dan tujuan yang harus dicapai. Sebagai strategi terukur, TER berpusat di sekitar pemanfaatan teknologi digital dan cara kerja baru yang membentuk kultur dan kemampuan untuk melakukan inovasi ulang yang berkelanjutan.
Tujuan tersebut akan mempersatukan para pimpinan perusahaan dan juga setiap fungsi dan area bisnis karena semua akan dan berkontribusi atas keberhasilan. “Pengalaman kami dengan berbagai perusahaan terkemuka serta institusi pemerintahan di Asia Tenggara, dan didukung oleh penelitian terbaru kami, menunjukkan sekarang adalah waktu yang tepat untuk menjadikan Total Enterprise Reinvention sebagai tujuan,” kata Alison.
Berdasarkan penelitian Accenture 64 persen bisnis di Asia Pasifik, dan 75 persen bisnis secara global setuju bahwa serangkaian faktor eksternal, khususnya laju inovasi teknologi, pergeseran preferensi konsumen, dan perubahan iklim, akan semakin mengakselerasi investasi mereka dalam transformasi digital.
Dalam penelitian terbaru Accenture terhadap lebih dari 1.500 eksekutif muncul tiga jenis perusahaan, yakni:
Reinventors
Sebanyak 8% dari total perusahaan bergerak untuk mengadopsi strategi Total Enterprise Reinvention yang berpusat pada fondasi teknologi digital yang kuat dan cara kerja baru yang membantu mengoptimalkan operasi dan mendorong pertumbuhan.
Transformers
Sebanyak 86% dari total perusahaan hanya fokus pada transformasi bagian dari bisnis mereka. Mereka memperlakukan transformasi sebagai sebuah program yang terbatas, daripada sebuah proses yang berkelanjutan, meskipun banyak dari Transformer ini mulai menyadari pentingnya membangun batas kinerja baru.
Optimizers
Sebanyak 6% dari total perusahaan berfokus pada transformasi fungsional yang terbatas dalam ruang lingkup dan misi, dengan tidak menempatkan teknologi sebagai pendukung signifikan transformasi mereka.
Sedangkan dari sisi manfaat finansial, Accenture menemukan bahwa para Reinventors mencatatkan pertumbuhan pendapatan inkremental (22%), peningkatan pengurangan biaya (21%), peningkatan neraca (20%) yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lainnya.
Selain itu, perusahaan-perusahaan Reinventors juga akan beroperasi secara lebih cepat dan memiliki nilai finansial 1,3 kali lebih banyak dalam enam bulan pertama dibandingkan para perusahaan Transformers.
Adapun Perusahaan yang mengadopsi Total Enterprise Reinvention menunjukkan enam karakteristik:
1. Reinvention adalah sebuah strategi. Bukan lagi sebuah upaya eksekusi
2. Fondasi digital menjadi sumber utama keunggulan kompetitif. Memanfaatkan kekuatan cloud, data, dan AI melalui serangkaian sistem yang dapat dioperasikan di seluruh perusahaan yang memungkinkan pengembangan kemampuan baru secara cepat.
3. Reinvention membuka cara kerja dan kemungkinan baru. Teknologi dan cara kerja baru menciptakan standar kinerja baru.
4. Strategi mengelola dan dampak terhadap talenta kini adalah inti dari Reinvention. Perusahaan-perusahaan kini menganggap manajemen perubahan sebagai kompetensi inti.
5. Reinvention membuka batas-batas sektoral. Sehingga membuka kolaborasi berbagai pihak.
6. Reinvention adalah sebuah proses yang berkelanjutan. Ini bukan lagi langkah yang harus dijalankan sekali saja, tetapi harus menjadi kemampuan yang terus dimanfaatkan oleh organisasi.