Yogyakarta, Gatra.com - Menghilangnya Ahmad Munasir Rafie Pratama, pakar teknologi informasi dari Universitas Islam Indonesia (UII), masih jadi teka-teki. Kendati telah terlacak di Amerika Serikat (AS) yang kerap ia sambangi selama ini, Rafie tak dapat dihubungi.
Rektor UII Fathul Wahid menyatakan kecil kemungkinan Rafie bergabung ke organisasi terlarang penentang pemerintah. “Kami tidak melihat Rafie pernah berafiliasi dengan lembaga yang bertentangan dengan UII. Kalau ada teori terkait gerakan itu, itu sangat kecil peluangnya meski kami belum punya informasi yang pasti,” tutur Fathul kepada wartawan, Senin (20/2).
Sebelumnya, Rafie dinyatakan hilang selepas mengikuti kegiatan kampus UII di Norwegia. Wakil Dekan Bidang Sumber Daya Fakultas Teknik Industri UII ini pulang secara terpisah dengan rombongan UII melalui Istanbul, Turki, dan sejak itu tak ada kabarnya. Informasi terakhir, Rafie terlacak masuk ke AS melalui bandara di Boston.
Namun hingga kini pakar teknologi informasi itu tak dapat dihubungi. “Kami tidak punya informasi yang cukup untuk memahami mengapa ada perubahan rute. Kami belum bisa mengontak yang bersangkutan,” ujar Fathul.
Menurut dia, UII telah menghubungi berbagai pihak, dari Kedutaan Besar RI hingga pihak bandara di sejumlah negara, untuk memastikan keberadaan Rafie. “Misi utama kami saat ini adalah membawa pulang Rafie ke Indonesia dan mengabdi ke UII,” kata Rektor.
Pihak UII telah menggunakan teknologi untuk melacak jejak digital Rafie. Ia sempat tercatat melakukan koneksi internet dari ponselnya dan tertulis lokasinya berada di Indonesia. Namun setelah dilacak lebih jauh, Rafie diketahui berada di Istanbul “Sampai kemudian ada informasi penerbangan dari Istanbul menuju Boston,” lanjutnya.
Dari bandara Boston, otoritas setempat menyatakan Rafie bergerak keluar dari bandara dan menggunakan paspor. “Posisi di Boston tidak kami ketahui secara pasti dan kami juga belum tahu motifnya,” ujar Fathul.
Menurut Fathul, Rafie sosok yang baik, cerdas, dan serius dalam bekerja. “Ini masih kami dalami motfnya dan mengapa orang yang baik ini tidak lapor. Ini seperti anak kecil main tidak pulang,” ujarnya.
Rafie semestinya pulang dengan rute penerbangan Oslo – Istanbul – Riyadh – Istanbul – Jakarta. Sebelum perjalanan bersama UII ini, pada 23- 25 Januari lalu, Rafie menjadi pembicara di konferensi internasional di Riyadh tentang teknologi pendidikan terbaru, Global Trends in E-Learning (GTEL).
“Ia lalu umroh dengan keluarga. Sementara istri dan anaknya pulang, Rafie ke Norwegia untuk acara UII. Timnya beda bukan karena tidak solid tapi ada misi dan perjalanan lain,” kata Fathul.
Fathul menyatakan Rafie kerap ke luar negeri untuk tujuan akademik. Setelah lulus sarjana dari Fakultas Teknik UGM, ia melanjutkan S2 di Monash University, Australia, dan meraih gelar doktor dari Stony Brook University, AS, pada 2019. “Rafie lulusan sana dan punya visa ke AS. Tahun lalu dia dua kali ke AS,” kata Fathul.