Home Gaya Hidup Pentingnya Edukasi Masyakarat & Sinergi Untuk Disabilitas

Pentingnya Edukasi Masyakarat & Sinergi Untuk Disabilitas

Denpasar, Gatra.com– Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (PP-PA) bekerjasama dengan Marisza Cardoba Foundation (MCF) dan Komunitas Anak Unggul Indonesia (K-AUI) menyelenggarakan kegiatan bertajuk ‘Sinergi Untuk Disabilitas’. Hal ini sebagai upaya mengedukasi masyarakat untuk memberikan perhatian khusus kepada penyandang disabilitas, khususnya akibat penyakit autoimun.

Penyakit autoimun menduduki peringkat ke-3 penyakit mematikan di Amerika Serikat dan menyerang 15,9% penduduknya.  Penyakit autoimun banyak menyerang saraf, sendi, dan otot yang dapat mengganggu fungsi gerak, dan bahkan beberapa penyakit autoimun yang mengakibatkan kondisi disabilitas.

Dewan Pengawas sekaligus Dewan Pakar Medis Marisza Cardoba Foundation, dr. I.A. Ratih Wulansari Manuaba SpPD-KR, M.Kes, M.H, FINASIM, FINEM, menjelaskan, MCF secara masif mengedukasi masyarakat tentang autoimun dan mengajak masyarakat memberikan perhatian khusus kepada penyandang disabilitas.“Prevalensi autoimun tentu mencengangkan kita semua, karena angka kejadian di Indonesia bisa saja tidak jauh berbeda dengan di Amerika Serikat. Sebagian besar penderitanya adalah perempuan usia produktif,” jelasnya dikutip dari keterangan tertulisnya, Jumat (17/2).

Dalam hal ini, dr Ratih mewaspadai penyakit autoimun yang bisa menyebabkan kelumpuhan atau disabilitas. “Hal utama yang harus kita waspadai adalah bahwa beberapa varian penyakit autoimun bisa menimbulkan kelumpuhan atau disabilitas, baik yang bersifat sementara maupun permanen. Jenis disabilitas pada autoimun dapat bervariasi seperti disabilitas fisik, intelektual, mental, bahkan bisa saja multi disabilitas,” papar dia.

Profil penyandang disabilitas di Indonesia. (GATRA/Dok Ist)


 
Dalam melakukan Sinergi untuk Disabilitas, Kementerian PP-PA, MCF dan K-AUI yang merupakan komunitas binaan MCF, meluncurkan Buku ‘Suara Hati’ yang ditulis oleh Wisnu Sanger, penyandang disabilitas intelektual lamban belajar. Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Bintang Puspayoga menyebut penyandang disabilitas mampu melampaui keterbatasannya.

"Kita punya banyak inspirasi tentang ketidaksempurnaan yang menembus batas. Di negara kita ada banyak referensi tentang bukti keberdayaan para penyandang disabilitas untuk turut serta membangun negeri ini,” jelas dia.

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tidak semua ODAI (Orang dengan Auto Imun) mengalami disabilitas. Ini tergantung jenis autoimunnya, komplikasi, serta pengaruh obat-obatan. Karenanya, penting untuk mengetahui diagnosa yang tepat, sehingga dapat diberikan pengobatan yang tepat pula.

"Dengan pengobatan medis secara teratur dari dokter yang merawat dan dikombinasikan dengan penerapan pola hidup sehat menyeluruh, otomatis kualitas hidup pasien akan meningkat, termasuk meminimalisir risiko disabilitas," katanya.

Ketua AUI, Garuda Daniel Sanger menjelaskan, sekitar 30 juta penduduk Indonesia adalah penyandang disabilitas, dimana 7,2% berusia 5-19 tahun atau usia sekolah. Namun dari 7,2% tersebut hanya 0,9% saja yang bersekolah, sedangkan 6,3% sisanya tidak bersekolah.

Garuda Daniel Sanger mengutarakan pentingnya dilakukan berbagai upaya untuk terus mendorong penerapan pendidikan formal inklusif, penyelenggaraan media belajar aksesibel dan Sekolah Luar Biasa untuk terus ditingkatkan. Selain itu, dibutuhkan banyak sekali penambahan Guru Pembimbing Khusus kompeten secara merata di seluruh Indonesia.

“Inilah yang kami perjuangkan melalui AUI. Keberhasilan kami membimbing Wisnu Sanger, menjadi penyemangat untuk terus membangun dukungan bagi penyandang disabilitas anak atau Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) di seluruh Indonesia,” imbuh Garuda. 

Marisza Cardoba, pendiri MCF yang juga merupakan Inspirator Nasional PUSPA Kementerian PP-PA berharap bahwa kegiatan ‘Sinergi Untuk Disabilitas’ dapat menjadi sarana untuk mewujudkan dukungan bagi mereka yang terlahir sebagai ABK seperti Wisnu Sanger agar kelak dapat menjadi Orang Berketerampilan Khusus (OBK), tidak terbatas pada ABK penyintas autoimun saja.

Diharapkan buku ini juga menjadi penyemangat bagi para pendamping anak penyandang disabilitas, karena merekalah support system terhebat dalam mendukung anak penyandang disabilitas.

“Saya bangga dapat berpartisipasi dalam pembuatan buku ‘Suara Hati’ yang ditulis Wisnu Sanger yang sangat menginspirasi.  Saya berharap bahwa melalui buku ini tercipta media bagi anak-anak penyandang disabilitas untuk semakin berani menyuarakan isi hati, ide, dan gagasan, hingga menghidupkan dan mewujudkannya menjadi sebuah aksi nyata,” ujar Marisza.

Sementara itu, Ketua Umum Lembaga Perlindungan Anak Indonesia, Seto Mulyadi mengapresiasi langkah Wisnu menulis buku ‘Suara Hati’ ini. "Selain sebagai bukti nyata bahwa ABK bisa mengasah kemampuan berbahasanya hingga dapat melahirkan sebuah karya tulis yang apik, buku ini juga menjadi bagian penting dalam pengembangan program gerakan peduli ABK di seluruh Indonesia," jelasnya.

287