Solo, Gatra.com - Peringatan kenaikan takhta raja Keraton Solo atau Tingalan Dalem Jumenengan ke-19 Paku Buwono (PB) XIII berlangsung lancar, Kamis (16/2). Prosesi ini kali pertama digelar setelah konflik di internal Keraton Kasunanan Surakarta berakhir.
Berdasarkan pantauan Gatra.com di lokasi acara, sekitar pukul 10.30 WIB tari Bedhaya Ketawang ditampilkan. Sembilan penari unjuk kebolehan di Sasana Sewaka di hadapan Raja PB XIII. Tarian ini khusus ditampilkan saat peringatan kenaikan takhta raja dan hanya boleh dibawakan oleh penari yang belum menikah.
Selama acara berlangsung, kesakralan ritual itu pun sungguh terasa. Ratusan abdi dalem dan tamu terlihat memenuhi keraton, dari Dalem Ageng hingga halaman luar. Perwakilan keluarga keraton, Kanjeng Pangeran Haryo (KPH) Edhy Wirabhumi, mengatakan Tingalan Dalem Jumenengan merupakan acara adat Keraton Surakarta.
"Ya seperti pada tahun-tahun sebelumnya, diadakan pada hari dan tanggal yang sama mengikuti kalender Jawa. Secara umum sama karena intisarinya adalah menampilkan Bedhaya Ketawang," katanya.
Ia mengatakan Bedhaya Ketawang hanya ditampilkan pada momen tersebut atau sekali dalam setahun. Sebelum tampil di depan raja, para penari menjalani latihan khusus.
"Latihannya juga ditempatkan khusus. Tidak boleh ditempatkan di mana-mana. Penarinya juga penari khusus. Tidak boleh sembarangan penari," katanya.
Ia mengatakan tarian tersebut berdurasi 1 jam 40 menit. Setelah rangkaian acara di dalam keraton ini selesai, prosesi dilanjutkan dengan kirab.
Edhy pun menyatakan saat ini suasana Keraton Solo terasa lebih sejuk. Hal ini lantaran konflik lama di internal keraton telah usai.
"Mungkin ini kebetulan. Dengan bantuan Mas Wali (Wali Kota Solo) kan suasananya lebih sejuk. Menurut saya juga lumrah, kalau kemudian ini menjadi momen buat kami menyelenggarakan ini lebih semarak," kata suami dari Gusti Kanjeng Ratu Wandansari Koes Moertiyah, putri PB XIII, ini.
Adapun Wakil Ketua Tingalan Dalem Jumenengan ini, KGPH Dipokusumo, berterimakasih atas dukungan kerabat, abdi dalem, dan semua pihak yang mendukung acara itu.
Apalagi Tingalan Jumenengan ini beserta dengan tari Bedaya Ketawang telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda secara nasional. "Semua berjalan lancar dan bisa terlaksana dengan baik," ucapnya.