Bantul, Gatra.com – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) mengusulkan Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan empat kota lain menjadi kota kreatif dunia versi UNESCO. Ke depan, dengan predikat kota kreatif dunia, berbagai produk Bantul dapat diterima pasar dunia.
Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf, Fransiskus Xaverius Teguh, menyampaikan selain Bantul empat kota yang turut diusulkan pemerintah ke UNESCO adalah Kota Bitung (Sulut), Kabupaten Ponorogo (Jatim), Kota Salatiga, dan Surakarta (Jateng).
“Kami akan memberikan pendampingan kepada seluruh kota/kabupaten yang diusulkan untuk mendapatkan gelar kota kreatif dunia. Kelima daerah ini kami usulkan karena pemerintahnya memiliki komitmen tinggi salah satunya melalui regulasi yang mendukung kota kreatif,” kata Teguh, Rabu (16/2).
Tak hanya itu, pemerintah di masing-masing daerah juga telah membentuk komunitas atau komite ekonomi kreatif. Tugas komite kreatif tersebut mengawal program kabupaten dan kota kreatif di setiap daerah dengan baik.
Teguh memastikan Kemenparekraf akan memberikan pendampingan kepada lima daerah ini selama pengusulan dan penilaian agar gelar kota kreatif dunia bisa didapatkan.
"Kami juga telah merencanakan program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang menuju kota kreatif versi UCCN 2023," imbuhnya.
Bantul terpilih untuk diusulkan sebagai kota kreatif dunia karena pesatnya industri kreatif dan memberikan sumbangsih ekspor bagi Daerah Istimewa Yogyakarta hingga 70 persen.
Sementara Kota Bitung mewakili Indonesia dalam bidang gastronomi, Ponorogo dalam bidang kerajinan dan seni rakyat, Kota Salatiga di bidang gastronomi, dan Kota Surakarta dalam bidang kerajinan dan seni rakyat.
Bupati Bantul Abdul Halim Muslih menyatakan pengusulan ini semakin memantapkan langkah pemkab untuk memajukan industri ekonomi kreatif yang menjadi tulang punggung Bumi Projotamansari selain pariwisata dan pertanian.
“Produk industri kreatif dari Bantul yang selama ini diekspor yaitu kerajinan keramik, kulit, aksesoris keris, batik, kerajinan bambu, dan kerajinan kayu. Tahun 2021 lalu nilai ekspor produk industri kreatif Bantul mencapai Rp2,33 triliun,” ungkapnya.
Melihat besarnya potensi tersebut, Halim optimis Bantul bisa ditetapkan sebagai kota kreatif dunia. Pasalnya predikat akan berdampak positif mulai peningkatan ekonomi, pelestarian sosial budaya, serta pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan.
“Ketika Bantul menjadi kota kreatif kelas dunia, perajin atau pekerja industri kreatif Indonesia akan memimpin pasar dunia,” tutup Halim.