Bantul, Gatra.com - Duta Dialog Antar-Agama Vatikan, Kardinal Miguel Angel Ayuso Guixot M.C.C.J. berkunjung ke Gereja Hati Kudus Tuhan Yesus Ganjuran, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Selasa (24/2) pagi.
Kardinal Miguel menyempatkan berdoa di Candi Ganjuran dan berjanji mengabarkan keberagaman dan akulturasi budaya di Ganjuran kepada Vatikan dan dunia.
Datang pukul 09.45 WIB, Kardinal Miguel disambut Uskup Keuskupan Agung Semarang Mgr Robertus Rubiyatmoko.
"Terima kasih kepada semua yang ada di sini dan menyambut kedatangan saya dengan gembira. Pertemuan tidak hanya untuk menjalin persaudaraan namun juga untuk berdoa bersama," ucap Kardinal Miguel.
Didampingi Uskup Rubiyatmoko, Kardinal Miguel diajak berkeliling ke Gereja Ganjuran, termasuk melihat candi tempat umat Katolik memanjatkan doa dan sumber air tetirah.
Kardinal juga diajak melihat rumah sakit dan panti asuhan Elizabeth. Di sini, ia disambut anak-anak yang menghiburnya dengan musik angklung kerohanian. Di depan candi, Kardinal Miguel dan Uskup Rubiyatmoko menyempatkan diri berdoa bersama.
"Saya akan menyampaikan pengalaman berkunjung ke sini dan menceritakan tentang kebersamaan serta keberagaman yang menyatu di sini ke Paus di Vatikan. Saya yakin Paus akan berkenan menyampaikan ke seluruh dunia dan memberikan berkahnya," kata Kardinal Miguel usai berdoa.
Dalam sambutannya, Uskup Rubiyatmoko mewakili seluruh umat Katolik Yogyakarta dan Jawa Tengah mengaku bangga dan senang serta merasa mendapat anugerah atas kunjungan Kardinal Miguel.
"Gelar Doktor Honoris Causa yang diterima Kardinal Miguel dari UIN Sunan Kalijaga adalah peristiwa bersejarah yang penuh makna," papar Rubiyatmoko.
Menurutnya, gelar ini menggambarkan keinginan dasar umat manusia yang merindukan kehidupan harmonis dan damai di antara seluruh umat tanpa melihat latar belakang agama.
Di Indonesia, gambaran kesatuan atas perbedaan ini menurut Rubiyatmoko bukanlah hal asing. Prinsip 'Bhinneka Tunggal Ika' adalah kekayaan yang menyatukan keberagaman Indonesia.
"Di Ganjuran inilah kita menemukan contoh konkret bagaimana persaudaraan terwujud dan masyarakat yang berbeda latar belakang agama hidup berdampingan," tutup Rubiyatmoko.