Jakarta, Gatra.com- Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri mengatakan jika 15 pekerja pembangunan puskesmas diselamatkan oleh pendeta dari serangan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Mathius Fakhiri menyebut jika KKB mencurigai ada anggota TNI dan BIN dalam rombongan 15 pekerja tersebut. Sehingga, kata Mathius, kelompok teror itu sempat menahan para pekerja untuk melakukan interogasi.
"Jadi tanggal 4 Januari ini ada kelompok itu datang, yang mereka mencurigai bahwa 15 pekerja yang akan membangun bangunan puskesmas di Paro, Nduga itu ada anggota TNI atau BIN di dalam," kata Mathius saat ditemui usai Rapat Pimpinan (Rapim) TNI Polri di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2).
"Sehingga mereka melakukan pemeriksaan terhadap warga yang membangun puskesmas. Namun setelah dibangun memang ada lima orang yang tidak ada identitasnya, tidak akan id cardnya, sehingga mereka menahan, dan informasi itu sampai ke kami," sambungnya.
Setelah menerima laporan penahanan tersebut, kata Mathius, pihaknya pun meminta Kapolres berkoordinasi dengan Bupati untuk segera mengevakuasi. Namun, Mathius menjelaskan jika ternyata para pekerja telah diamankan oleh pendeta setempat.
"Sehingga kami meminta kepada Kapolres berkoordinasi dengan Bupati karena kami tahu watak mereka (KKB), untuk segera dievakuasi, dikeluarkan dari Paro, karena kami tidak mau ada pembantaian," katanya.
"Warga masyarakat yang 15 tadi sudah diamankan oleh bapak pendeta, kami memang sangat berterimakasih kepada pendeta, karena tau ada kejadian itu, langsung dibawa keluar para pekerja itu, karena takut ada korban para pekerja," sambungnya.
Mathius Fakhiri kemudian menjelaskan jika aksi teror kepada 15 pekerja pembangunan puskesmas di Distrik Paro itu terjadi sebelum pembakaran pesawat Susi Air.
"Lanjutan dari prakejadian tanggal 4, 5 dan 6 kita sudah susun rencana rapat di Timika, apabila nanti pesawat masuk kita akan bawa keluar para pekerja ini," katanya.
"Namun pada saat 7 Februari 2023 kemarin masuknya pesawat membawa lima warga sipil orang Paro, itu akhirnya setelah turun pesawatnya ditahan, tidak boleh terbang, karena mereka juga mungkin (tahu) kita (akan) evakuasi (15 pekerja) keluar," ucapnya.