Jakarta, Gatra.com- Panglima TNI Laksamana Yudo Margono mengatakan jika pesawat Susi Air telah dilarang terbang ke Distrik Paro, namun tetap memaksa. Larangan itu, kata Yudo, dilakukan karena wilayah tersebut masih rawan.
"Sebenarnya dari awal udah kita larang waktu itu untuk melaksanakan terbang ternyata mereka memaksakan, ternyata daerah situ banyak rawannya karena memang aparat TNI-Polri di situ sangat kecil sehingga sedikit daerahnya dirasa aman," kata Yudo saat ditemui usai Rapat Pimpinan (Rapim) TNI Polri di Golden Ballroom Hotel Sultan, Jakarta, Rabu (8/2).
"Ya ini bandara yang sepi lah istilahnya, nggak pernah kita gunakan daerah untuk laksanakan penerbangan di daerah situ. Saya gatau di situ rutenya Susi Air yang dipiloti oleh yang dari Selandia baru itu ya dan mungkin itu udah rute penerbangan mereka," sambungnya.
Untuk diketahui, Pesawat Susi Air dengan nomor penerbangan SI 9368 dibakar oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Nduga, Papua. Aksi brutal penyerangan dan pembakaran berlangsung di Lapangan Terbang Paro. Kejadian itu dibenarkan oleh Kapolda Papua Irjen Pol Mathius Fakhiri.
"Memang benar ada laporan tentang pesawat milik Susi Air yang dibakar KKB di Paro, Kabupaten Nduga," kata Fakhiri, Senin (7/2).
Yudo mengatakan jika tidak ada penyanderaan dalam usai peristiwa tersebut. Baik pilot maupun penumpang berhasil melarikan diri dengan bantuan warga setempat dengan cara terpisah.
Adapun kelima penumpang telah dievakuasi dan kembali ke rumah masing-masing, sedangkan pilot belum diamankan, tetapi sudah terdeteksi keberadaannya. "Untuk penumpang saat ini semuanya sudah bisa diamankan sudah dievakuasi. Gak ada (penyanderaan)," kata Yudo.
"Iya lain (pilot dan penumpang terpisah)," sambungnya. Yudo tak memerinci di mana keberadaan pilot tersebut, dan bagaimana proses deteksi yang dilakukan pihaknya. Ia hanya menegaskan jika pilot akan segera dievakuasi.
"Belum, tapi sudah terdeteksi. Prioritasnya sekarang ini untuk mencari pilotnya," ucap Yudo.
"Lintang bujurnya kan susah, dia masih memunculkan sinyal," kata Yudo menjawab pertanyaan lokasi pasti pilot Susi Air.
Sementara juru bicara TPNPB, Sebby Sambom menegaskan pihaknya yang membiarkan para penumpang pulang ke rumah mereka. "Mereka orang asli Papua. Kami tidak mungkin menyandera orang asli Papua. Kecua li mereka mata-mata. Maka akan kami denda sesuai hukum adat," katanya.