Ndugama, Gatra.com- Pesawat Susi Air yang terbang dari Mimika ke Ndugama, Kabupaten Nduga, Papua, menjadi korban keganasan kelompok sparatis yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), 07/02. "Pesawat tersebut dari Mimika terbang ke distrik Paro pada pukul 06:26 menit WP (Waktu Papua) dan pasukan TPNPB berhasil membakarnya," kata Egianus Kogeya, komandan yang diberi pangkat Brigjen oleh TPNPB.
"Dan pilotnya kami tahan dan dia menjadi sandera kami, dan penyanderaan ini merupakan kedua kalinya yang kami lakukan, yang pertama penyelenggaraan Tim Lorenz pada tahun 1996 di Mapenduma oleh Jenderal Kely Kwalyk, Daniel Yudas Kogeya, Jenderal Silas Elmin Kogeya dan kawan-kawan. Dan in adalah fakta sejarahnya," kata Egianus.
TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma menyatakan sikap tegas kepada NKRI dan perpanjangan tangan pemerintah pusat Kabupaten Nduga. Mereka mengajukan beberapa tuntutan dan aspirasi. "Semua penerbangan jalur masuk ke Kabupaten Nduga mulai sekarang setop," kata Egianus.
Dia juga menyampaikan aspirasi keluhan tentang bupati sekarang. "Roda pemerintahan Kabupaten Nduga dibawah pimpinan alm Y.G (Yairus Gwijangge) berbedah dengan PJ sekarang (Namia Gwijangge). Dalam hal ini setelah PJ Bupati dilantik banyak penangkapan masyarakat sipil, pengungsi, pemerkosaan terhadap mama di kebun, di ibu kota Keneyam," katanya.
Terkait nasib pilot yang disandera, Egianus Kogeya menegaskan mereka pelakunya. "Pilotnya kami sudah sandera dan kami sedang bawa keluar. Untuk itu anggota TNI Polri tidak boleh tembak atau interogasi masyarakat sipil Nduga sembarangan. Karena yang melakukan adalah kami TPNPB OPM Kodap III Ndugama-Derakma dibawah Pimpinan Pangima Bridgen Egianus Kogeya," katanya.
Egianus bertekat tidak akan melepaskan pilot berkebangsaan Selandia Baru itu sampai Papua merdeka. "Kami TPNPB Kodap III Ndugama-Derakma tidak akan pernah kasih kembali atau kasih lepas pilot yang kami sandera ini, kecuali NKRI mengakui Papua merdeka," katanya.
Seperti diberitakan sebelumnya, pesawat Susi Air dibakar TPNPB setelah mendarat di distrik Paro, Kabupaten Nduga, Papua. Pilot pesawat pilatus PK-BVY, Philips Mark Merthens, warga Selandia Baru diculik kelompok TPNPB Egianus Kogeya.