Home Internasional Gempa Turki-Suriah: Tim Penyelamat Berjuang saat Cuaca Dingin, Korban Meninggal 7.800 Orang

Gempa Turki-Suriah: Tim Penyelamat Berjuang saat Cuaca Dingin, Korban Meninggal 7.800 Orang

Sanliurfa, Gatra.com - Tim penyelamat di Turki dan Suriah berjuang melawan hawa dingin dan berpacu dengan waktu untuk menemukan korban selamat di bawah reruntuhan bangunan yang rata, akibat gempa bumi yang menewaskan hingga hari Selasa mencapai 7.800 orang.

AFP, Rabu (8/2) melaporkan, tremor yang menimbulkan lebih banyak penderitaan di daerah perbatasan, yang sudah dilanda konflik, membuat orang-orang di jalanan mencoba membakar rongsokan agar tetap hangat saat bantuan internasional mulai berdatangan.

Kisah Memilukan Dibalik Bencana 

Beberapa kisah bagaimana cara bertahan hidup yang luar biasa menjadi pembicaraan memilukan, misalnya ada bayi yang baru lahir kemudian ditarik hidup-hidup dari puing-puing di Suriah, sedangkan tali pusar masih menggelantung. Ibunya meninggal akibat gempa pada hari Senin.

"Kami mendengar suara saat sedang menggali," kata Khalil al-Suwadi, seorang kerabat, kepada AFP. 

"Kami membersihkan debu dan menemukan bayi dengan tali pusar (utuh), jadi kami memotongnya dan sepupu saya membawanya ke rumah sakit," katanya.

Bayi itu adalah satu-satunya yang selamat dari keluarga terdekatnya, sisanya tewas di kota Jindayris, yang dikuasai pemberontak.

Gempa berkekuatan 7,8 melanda pada hari Senin ketika orang-orang lagi tertidur. Gempa meratakan ribuan bangunan, menjebak sejumlah orang yang tidak diketahui dan menyebabkan banyak korban jiwa.

Seluruh bangunan runtuh, hanya menyisakan beberapa kerusakan terparah di dekat pusat gempa antara kota Gaziantep, dan Kahramanmaras di Turki.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Selasa mengumumkan keadaan darurat selama tiga bulan di 10 provinsi tenggara.

Sejumlah negara termasuk Amerika Serikat, China, dan Negara-negara Teluk telah berjanji untuk membantu, dan tim pencari korban serta pasokan bantuan mulai berdatangan melalui jalur udara.

Namun beberapa korban di beberapa daerah yang sulit terjangkau masih terpukul dan mengatakan bahwa mereka merasa harus berjuang sendiri.

"Saya tidak bisa mendapatkan saudara saya kembali dari reruntuhan. Saya tidak bisa mendapatkan kembali keponakan saya. Lihat di sekitar sini. Tidak ada pejabat negara di sini, demi Tuhan," kata Ali Sagiroglu, di kota Kahramanmaras, Turki.

"Selama dua hari kami tidak melihat keadaan di sekitar sini... Anak-anak kedinginan," tambahnya.

Badai musim dingin menambah kesengsaraan - beberapa di antaranya rusak akibat gempa – ketika sejumlah ruas jalan hampir tidak dapat dilalui, akibat kemacetan lalu lintas yang membentang berkilo-kilometer di beberapa daerah.

Dinginnya air hujan dan salju membuat mereka terpaksa meninggalkan rumah- berlindung di masjid, sekolah atau bahkan halte bus – sedangkan masih banyak korban yang terkubur di bawah puing-puing.

"Sekarang berpacu dengan waktu," kata kepala Organisasi Kesehatan Dunia, Tedros Adhanom Ghebreyesus.

"Kami telah mengaktifkan jaringan tim medis darurat WHO untuk memberikan perawatan kesehatan penting bagi yang terluka dan paling rentan," tambahnya.

Ada 23 Juta Orang Terpengaruh Dampak Gempa

Korban terbaru menunjukkan angka 5.894 orang tewas di Türkiye, dan setidaknya ada 1.932 di Suriah, dengan total seluruhnya 7.826 korban meninggal dunia.

Ada kekhawatiran bahwa jumlah korban akan terus meningkat. Pejabat WHO memperkirakan hingga 20.000 orang mungkin telah meninggal di bawah reruntuhan bangunan.

WHO memperingatkan ada 23 juta orang dapat terkena dampak gempa besar dan mendesak negara-negara untuk segera memberikan bantuan ke zona bencana.

Bulan Sabit Merah Suriah mengimbau negara-negara Barat untuk mencabut sanksi dan memberikan bantuan ke Suriah, karena pemerintahan Presiden Bashar al-Assad tetap menjadi paria di Barat, dan ini mempersulit upaya bantuan internasional.

Washington dan Komisi Eropa mengatakan pada hari Senin bahwa program kemanusiaan yang didukung, menanggapi kehancuran di Suriah.

Badan kebudayaan PBB, UNESCO, juga mengatakan siap memberikan bantuan setelah dua situs yang terdaftar dalam daftar Warisan Dunia di Suriah dan Türkiye mengalami kerusakan.

Selain kerusakan kota tua Aleppo dan benteng di kota Diyarbakir, Turki tenggara, UNESCO mengatakan setidaknya tiga situs Warisan Dunia lainnya juga dapat terpengaruh.

Sebagian besar wilayah yang dilanda gempa di Suriah utara telah dihancurkan akibat perang bertahun-tahun dan pengeboman udara oleh pasukan Suriah dan Rusia, yang menghancurkan rumah, rumah sakit, dan klinik.

Penduduk di kota Jandairis yang dilanda gempa di Suriah utara menggunakan tangan kosong dan beliung mencari korban selamat.

Rintihan Suara di Rerutuhan Bangunan

"Seluruh keluarga saya ada di bawah sana - putra saya, putri saya, menantu saya ... Tidak ada orang lain yang bisa mengeluarkan mereka," kata Ali Battal, yang wajahnya berlumuran darah dan kepalanya terbungkus selendang wol karena dingin.

"Saya mendengar suara mereka. Saya tahu mereka masih hidup tapi tidak ada yang bisa menyelamatkan mereka," tambah pria berusia 60-an itu.

Kementerian kesehatan Suriah melaporkan kerusakan di seluruh provinsi Aleppo, Latakia, Hama dan Tartus, tempat Rusia menyewa fasilitas angkatan laut.

Bahkan sebelum tragedi itu, gedung-gedung di Aleppo - pusat komersial sebelum perang Suriah - sering runtuh karena rapuhnya infrastruktur.

“Setelah gempa bumi, para tahanan memberontak di sebuah penjara yang menampung sebagian besar anggota kelompok Negara Islam di Suriah (ISIS) barat laut, dengan sedikitnya 20 orang melarikan diri,” kata seorang sumber di fasilitas itu kepada AFP.

Türkiye berada di salah satu zona gempa paling aktif di dunia.

Gempa berkekuatan 7,8 magnitudo terakhir di negara itu terjadi pada tahun 1939, ketika 33.000 orang meninggal di provinsi Erzincan timur.

Wilayah Turki Duzce mengalami gempa berkekuatan 7,4 pada tahun 1999, ketika lebih dari 17.000 orang meninggal.

Para ahli telah lama memperingatkan gempa besar dapat menghancurkan Istanbul, megalopolis berpenduduk 16 juta orang yang dipenuhi rumah-rumah tidak layak dihuni.

169