Home Regional Wapres KH Ma'ruf Amin Sampaikan Dua Tantangan untuk NU di Usianya ke-100

Wapres KH Ma'ruf Amin Sampaikan Dua Tantangan untuk NU di Usianya ke-100

Surabaya, Gatra.com – Wakil Presiden Republik Indonesia (RI) KH. Ma’ruf Amin menyebutkan bahwa untuk menghadapi tantangan ke depan, Nahdlatul Ulama (NU) harus mempersiapkan diri sebagai organisasi yang memiliki tanggung jawab ke umat.

“Bagaimana umat harus disiapkan dengan baik. Dikuatkan umat itu menjadi umat yang kuat, yang mampu menghadapi berbagai masalah. Umat NU harus menjadi umat yang kuat karena dia harus membimbing yang lain,” jelas Wapres saat ditemui usai memberikan kuliah umum di Gedung Masardi Akademi Angkatan Laut (AAL), Surabaya, Senin (06/02) siang.

Ia melanjutkan bahwa Nahdliyin (sebutan untuk warga NU) harus juga ikut serta dan mengambil peran yang besar dalam tingkat nasional dan juga tingkat global. Salah satu peran besar yang dimaksudnya adalah turut serta dalam mengkaji fiqih peradaban untuk memberikan kontribusi pemikiran untuk menyikapi permasalahan dan keadaan dunia.

Sebelum memberi kuliah umum di AAL, Wapres terlebih dahulu mengikuti Muktamar Internasional Fikih Peradaban yang digelar di Hotel Shangri-La, Surabaya, di hari yang sama pada pagi harinya. Menurutnya, rumusan fikih yang ada saat ini kemungkinan dibuat kurang lebih seratus tahun lalu, begitupula tantangan. Kondisi kehidupan masyarakat waktu itu juga sering terjadi peperangan. Oleh karena itu fikih saat ini harus dilakukan pembaharuan sesuai dengan tantangan yang ada.

“Jadi fikih baru, fikih kontemporer. Ini yang harus kita (fokuskan). Tantangan dunia yang sekarang itu seperti masih ada terjadi peperangan, terjadinya kerusakan lingkungan, terjadinya berbagai masalah internasional, peran PBB. Seperti apa, menurut fikih PBB itu lembaga seperti apa? Saya mengatakan PBB itu harus diakui sebagai kesepakatan dunia. Kalau kita nasional punya kesepakatan nasional itu kesepakatan global,” jelas KH Ma’ruf.

Ia berpesan bahwa era saat ini bukan lagi era untuk bermusuhan. Menurutnya saat ini era untuk saling membuat kesepakatan untuk hidup berdampingan.

“Dan banyak lagi masalah global kita itu. Makanya pendapat baru harus disikapi oleh fikih yang sumbernya memang memberikan, intinya, adalah kedamaian, rahmat bagi dunia, oleh karena itu dibuat kesepakatan-kesepakatan baru,” pungkasnya.

40