Home Milenial Serunya Ajang “Every U Does Good Heroes Summit”, 100 Heroes, Belajar Pentingnya Berkolaborasi

Serunya Ajang “Every U Does Good Heroes Summit”, 100 Heroes, Belajar Pentingnya Berkolaborasi

Jakarta, Gatra.com– Melanjutkan rangkaian program “Every U Does Good Heroes 2022”, Unilever Indonesia menggelar “Every U Does Good Heroes Summit” secara hybrid pada 28-29 Januari 2023, diikuti oleh 100 finalis dari berbagai wilayah Indonesia. Dikawal lima mentor berpengalaman, seluruh finalis mendapatkan berbagai pengetahuan dan pengalaman untuk menjadi sociopreneurs tangguh yang akan mempertajam purpose serta program yang mereka usung bagi Indonesia yang lebih baik di masa depan.    

Diadakan sejak 2021, program “Every U Does Good Heroes” telah menjangkau ratusan generasi muda dengan ide dan gerakan yang sejalan dengan tiga pilar kebaikan di strategi “The Unilever Compass”. Yaitu Membangun planet yang lebih lestari; Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; dan Berkontribusi pada masyarakat yang lebih adil dan inklusif.

Baca juga: Qualcomm dan Samsung Bermitra Hadirkan Snapdragon Tercepat di Seri Galaxy S23 Secara Global

Head of Communication PT Unilever Indonesia Indonesia, Tbk, Kristy Nelwan menjelaskan, sebagai perusahaan yang purpose-led dan future-fit, Unilever senantiasa berkolaborasi dengan berbagai pihak demi menciptakan Indonesia yang lebih hijau, sehat, sejahtera, adil dan inklusif, tak terkecuali generasi muda sebagai penentu masa depan bangsa. "Melalui program ‘Every U Does Good Heroes’, kami mendukung semangat para millennials dan Gen-Z untuk membuat perubahan dengan menyediakan ekosistem yang dapat membantu memperkuat dan merealisasikan ide mereka, serta membuka peluang untuk saling berkolaborasi,” katanya beberapa waktu lalu.

(Dari atas, ki ke ka): Sesi pembuka oleh Kristy Nelwan; sesi bersama Nicky Clara; sesi bersama Gita Syahrani; sesi bersama Driando Ahnan-Winarno; sesi bersama Mohamad Bijaksana Junerosano; sesi bersama Ayu Kartika Dewi. (GATRA/Dok Unilever)

Sebagai bagian penting dari program ini, ‘Every U Does Good Heroes Summit’ memberikan pembekalan secara intensif kepada 100 finalis yang Desember lalu telah terpilih dari ratusan pendaftar. Ke-100 finalis yang terdiri dari 54 laki-laki dan 46 perempuan ini berasal dari Jabodetabek, pulau Jawa, Sumatera, Lombok, Bali, hingga Maluku.

"Dengan latar belakang yang begitu beragam, mereka telah mengikuti sesi ini dengan sangat antusias, membuktikan tekad yang begitu inklusif untuk memperjuangkan isu-isu lingkungan dan sosial. Para mentor pun terkagum dengan tingginya keingintahuan dan semangat belajar para heroes selama dua hari penyelenggaraan," jelas Kristy.

Baca juga: Air Murni dan Air Mineral Berbeda, Bagaimana Penjelasannya?

Pembekalan sebagai sociopreneurs menjadi pembeda “Every U Does Good Heroes” dengan program lainnya. Diharapkan para peserta program akan menjadi sociopreneurs masa depan yang tidak hanya memiliki kepedulian bagi lingkungan dan sosial. Namun juga piawai menggunakan perspektif bisnis dalam berkembang dan mengatasi tantangan sehingga gerakan atau program yang diusung oleh para heroes dapat dijalankan secara berkelanjutan.

Untuk itu, ‘Every U Does Good Heroes Summit’ mengetengahkan rangkaian modul yang mencakup sejumlah topik dan materi penting seputar sociopreneurship. Beberapa kutipan mentor dari rangkaian modul yang mencakup sejumlah topik dan materi penting seputar sociopreneurship, yaitu:

1. Sustaining an Impactful Business
Aktivis climate change dan Kepala Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari, Gita Syahrani mengatakan, usaha atau organisasi lestari harus beroperasi secara ramah lingkungan dan ramah sosial. "Ini misi penting yang perlu dijaga dalam menjalankan usaha atau organisasi kamu agar bisa terus maju," ujarnya.

Beberapa cara yang dapat dilakukan adalah dengan menyejahterakan seluruh pihak dalam rantai nilai (value-chain), termasuk karyawan agar tumbuh loyalitas dan kepemilikan atas misi usaha atau organisasi kita. "Kita juga perlu berinvestasi untuk memahami kebutuhan dan dampak yang diinginkan konsumen dan kelompok masyarakat yang ingin kita bantu," ungkap dia.

Baca juga: Berumroh ke Mekah Arab Saudi, Jalan-jalan ke Distrik Budaya Hira

Lewat proses evaluasi secara berkala, bukan hanya pada akhir program tapi sepanjang pelaksanaan, kita bisa mendapatkan pembelajaran konkrit agar perencanaan kita jadi lebih tajam dan selalu relevan karena mampu terus berinovasi tepat sasaran sesuai peluang dan kebutuhan. "Jangan lupa, setia pada misi jangka panjang tapi turunkan jadi rencana konkrit jangka menengah dan pendek yang bisa lebih adaptif,” jelasnya.

2. Collaboration Strategy
Co-Founder Indonesian Tempe Movement, Driando Ahnan-Winarno menjelaskan, ibarat deretan domino yang saling bersusun, efek yang diakibatkan dari sebuah kolaborasi mampu menjadi lebih besar dan kuat dibandingkan saat satu keping domino berdiri sendirian. "Begitupun saat kita menghadapi tantangan atau mungkin merasa jenuh dengan rutinitas yang kita jalankan di dalam sebuah program, adanya kolaborator yang memiliki pendekatan yang berbeda bisa membantu mengembalikan energi kita dan membuka pandangan-pandangan baru untuk terus maju," jelas dia.

Untuk mengawali kolaborasi, kita harus memahami apa yang kita punya dan tidak punya. Serta memahami apa yang orang lain punya dan tidak punya, sehingga bisa saling melengkapi dan menguntungkan.

"Satu nasehat penting yang saya dapat dari ibu saya: saat kita punya cita-cita yang membantu orang banyak, maka pintu-pintu akan terbuka. Sekarang saya baru sadar bahwa itu adalah pintu-pintu kolaborasi. Untuk itu, saya berpesan bahwa semua bentuk kolaborasi selayaknya berangkat dari ketulusan," paparnya.

Baca juga: Herbalife Nutrition Gelar Spectacular 2023 Komitmen Gaya Hidup Sehat

3. Mindset and Resilience
Disability Womanpreneur, Nicky Clara menyebut, sebagai aset terbesar, mindset adalah keyakinan kita untuk melakukan sesuatu yang kita percayai, dan kemudian terimplementasi dalam setiap kegiatan. "Secara internal, untuk memastikan mindset yang kuat, aku menggunakan diagram Ikigai," ujarnya.

Pertama, lanjut dia, adalah menetapkan lebih dulu ‘why’ atau alasan kenapa kita memulai dan jika ada permasalahan apapun selalu kembali ke sini. Kemudian bertanya kembali ke diri kita, apakah ini passion kita dan siapkah kita merasakan sakit dalam perjalanannya?.

"Lalu, apa misi kita, dan apakah dibutuhkan oleh dunia? Dan selalu ingat, ketika terjun menjadi sociopreneur, pastikan yang kita lakukan  bisa membiayai kita dan menjadi usaha yang sustain," jelas Clara.

Menurut dia, hal ini penting karena ini adalah pekerjaan, berbeda dengan filantropis. "Faktor internal terakhir yang juga penting, yakinkan diri sejauh apa kita bisa membuat upaya kita menjadi bridge of hope (jembatan harapan) bagi target yang kita tuju,” tandasnya.

Pendiri Waste4Change dan Greeneration Indonesia, Mohamad Bijaksana Junerosano menyebut, agar dapat sukses membangun gerakan yang berdampak secara sosial maupun bisnis, kita bisa coba menggunakan prinsip WISDOM.(GATRA/Dok Unilever) 

4. How to create an Impactful Movement with a Business Mindset)
Pendiri Waste4Change dan Greeneration Indonesia, Mohamad Bijaksana Junerosano menyebut, agar dapat sukses membangun gerakan yang berdampak secara sosial maupun bisnis, kita bisa coba menggunakan prinsip WISDOM. Sebagai garis start, ayo pahami WATAK terlebih dahulu, kenali diri kita, apa kelebihan dan kekurangannya.

"Lalu tanamkan energi dengan IMPIAN atau legacy yang ingin kita tinggalkan di dunia dan kelak menjadi garis finish. Jika sudah, buat STRATEGI dan rencana-rencana untuk merealisasikannya," jelas Mohamad.

Kemudian sepanjang perjalanan, selalu DIDIK diri, jangan malu untuk terus belajar; gunakan OTAK dan OTOT agar kita bisa kerja keras dan kerja cerdas; lalu pastikan kita memiliki MANAJEMEN yang baik mulai dari waktu, keuangan, kalbu hingga hati.

Untuk memastikan agar movement kita berhasil dengan baik, gunakan konsep gunung es sehingga dapat tergali secara mendalam apa permasalahan yang sebenarnya terjadi dan solusi apa yang bisa kita lakukan.

"Ingat, perubahan di dunia ini kebanyakan dipimpin oleh entrepreneur, orang-orang yang bisa memecahkan masalah dan menawarkan solusi," ujar dia.

Staf Khusus dan Founder Toleransi.id, Ayu Kartika Dewi (GATRA/Dok Unilever)

5. Funding Options: Products, Services and Grants

Staf Khusus dan Founder Toleransi.id, Ayu Kartika Dewi mengatakan dalam mendanai sebuah project atau program, kita harus mencari titik tengah dari tiga pihak yang terlibat, yaitu pihak Donor, Target Beneficiaries, dan Organisasi. "Sedari awal, kita harus memikirkan kebutuhan dari donor sebagai pemberi dana dan target beneficiaries sebagai penerima manfaat, namun pastikan tetap sejalan dengan misi dan visi organisasi kita," katanya.

Pada akhirnya, lanjut dia, project atau program yang dijalankan dapat bermanfaat untuk tiap pihak, dan sesuai prinsip serta tujuan yang ditetapkan. Dalam perjalanannya, pasti ada trial and error. "Jika kita menemukan hambatan-hambatan, sangat wajar untuk melakukan ‘bongkar-pasang’. Butuh kerendahan hati untuk mengulangi prosesnya dari awal dan mengecek apa tujuan awal kita. Jangan capek dan patah hati ketika ternyata kita harus mengulang prosesnya,” pungkas dia.

325