Indragiri Hulu, Gatra.com - Merujuk pada hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) Kabupaten Indragiri Hulu (Inhu), Riau, dinilai berhasil dan terus secara konsisten dari tahun ke tahun untuk menurunkan angka stunting atau kurang gizi anak selama 1000 hari pertama kehidupan.
Sebagaimana diketahui, penurunan angka stunting sendiri menjadi prioritas utama pemerintah pusat hingga daerah untuk menekan hambatan pada pertumbuhan fisik dan meningkatkan kerentanan terhadap penyakit.
Stunting juga mengancam perkembangan kognitif yang akan berpengaruh pada tingkat kecerdasan dan produktivitas anak serta risiko terjadinya gangguan metabolik yang berdampak pada terjadinya penyakit degeneratif di usia dewasa seperti diabetes melitus, hiperkolesterol, dan hipertensi.
Baca Juga: BNN Tangkap Anggota DPRD Kota Pekalongan
Di Inhu sendiri angka stunting tergolong cukup tinggi. Pada 2013 lalu, presentase stunting di Inhu mencapai 40,5%. Namun angka itu terus konsisten mengalami menurunan. Hingga 2022, angka stunting di wilayah ini menjadi 16.9%.
"Penurunan angka stunting tentunya menjadi prioritas utama kami, Pemkab Inhu, melalui Dinas Kesehatan (Dinkes) dan lintas sektoral. Itu sebabnya angka tersebut kian konsisten dapat kami tekan," ujar Kepala Dinsek Inhu, Elis Julinarti kepada Gatra.com, Rabu (1/2).
Elis menjelaskan, upaya pencegahan angka stunting itu dimulai dengan melakukan intervensi gizi terpadu yang mencakup intervensi gizi spesifik dan gizi sensitif. Intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk mengatasi penyebab tidak langsung.
Baca Juga: Pengerjaan Jembatan Juwana Diusili Makhluk Astral, Sapi Haji Dikorbankan
Setiap Puskesmas yang ada Dinkes sendiri langsung menetapkan sasaran remaja putri dan wanita usia subur, ibu hamil, ibu menyusui, balita usia 0 – 23 bulan dan balita usia 24 – 59 bulan sebagai target utama yang meliputi peningkatan pengetahuan tentang pencegahan stunting dan peningkatan status gizi masyarakat, peningkatan strategi promosi kesehatan, peningkatan surveilans gizi, penguatan intervensi suplementasi gizi pada ibu hamil dan balita.
"Penyediaan makanan tambahan bagi ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) dan bagi balita kurang gizi. Juga suplementasi gizi mikro seperti kapsul vitamin A dan tablet tambah darah. Serta pembinaan dalam peningkatan persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan, pembinaaan pelaksanaan STBM (Sanitasi Total Berbasis Masyarakat) dan layanan pengendalian penyakit seperti kecacingan," ujar Elis.
Baca Juga: Progres Jembatan Juwana Capai 60 Persen, Rampung Awal April
Penyelenggaraan intervensi terpadu tersebut yang melibatkan lintas sektor dan menyasar kelompok prioritas di lokasi prioritas merupakan kunci keberhasilan perbaikan gizi dan tumbuh kembang anak, yang pada akhirnya membantu pencegahan stunting.
"Dinkes bersama lintas sektor menargetkan penurunan prevalensi stunting pada akhir tahun 2022 menjadi 20%. Pada 2021 angka prevalensi stunting Kabupaten Indragiri Hulu sebesar 23.6%, turun dari 29,6% di tahun 2020. Hal ini dicanangkan pada pertemuan penguatan komitmen kabupaten/kota dalam pencapaian indikator program gizi seprovinsi Riau di Pekanbaru Mei 2022 lalu yang diwakili oleh Dinkes sendiri," ungkapnya.
Syukur, Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, yang dirilis oleh Kementerian Kesehatan, menunjukkan bahwa angka prevalensi stunting Kabupaten Indragiri Hulu turun menjadi 16,9%