Jakarta, Gatra.com - Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka marah dengan aksi vandal segelintir oknum suporter yang melakukan pelemparan batu ke bus yang membawa skuad Persis Solo usai pertandingan lanjutan Liga 1 Indonesia pekan ke-21 di Stadion Indomilk Arena, Tangerang kemarin.
Menanggapi hal itu, pengamat sepak bola nasional, Rikky A. Daulay menilai kemarahan Gibran sangat wajar dan bukan tanpa alasan, ia mencermati rentetan aksi kriminal oknum suporter dan masalah lainnya muncul, pangkalnya ada di PSSI yang kurang sigap mengatasi persoalan yang muncul.
Selain itu, sebagai Walikota Solo, Gibran punya tanggung jawab untuk memastikan para pemain dan ofisial klub kebanggaan warga solo itu dalam keadaan baik dan aman.
“Wajar saja Gibran bereaksi, karena itu klub kebanggaan masyarakat Solo. Dan beliau sebagai orang nomor satu di Solo tentu merasa memiliki tanggung jawab terhadap keselamatan pemain dan official klub Persis Solo. Bagi saya reaksi Gibran masih wajar-wajar saja,” kata Rikky Daulay dalam keterangan yang diterima Senin (30/1).
Mantan pemain Persikota Tangerang ini menuturkan, aksi-aksi kekerasan dalam sepak bola Indonesia belakangan ini tidak terlepas dari kekecewaan suporter sepak bola atas pengusutan kasus tragedi Kanjuruhan. Namun, Rikky Daulay tidak menutup kemungkinan ada faktor lain yang melatarbelakangi terjadinya aksi-aksi kekerasan oleh suporter.
“Memang salah satu isu yang muncul ke permukaan itu, bahwa ini rentetan dari ketidakpuasan suporter terhadap kasus tragedi Kanjuruhan. Tapi ini harus dibuktikan dulu, mungkin saja karena faktor yang lain,” ujarnya.
Rikky Daulay meminta aparat penegak hukum harus terbuka dalam pengusutan kasus Kanjuruhan yang menewaskan 135 orang itu secara terbuka dan transparan, agar kepercayaan dan kepuasan suporter, masyarakat dan khususnya keluarga korban terpenuhi.
“Tetapi pengusutan kasus Kanjuruhan itu memang harus transparan dan dibuka ke publik, jangan terkesan pihak yang mengusut itu dicurigai tidak memiliki atensi yang khusus untuk kasus Kanjuruhan,” tegasnya.
Lanjut Rikky, kemarahan Gibran ini harus mendapat perhatian serius baik oleh PSSI maupun penegak hukum. Sebab, ini bisa jadi bom waktu yang akan membuat suasana sepak bola Indonesia semakin kacau jika tidak segera dituntaskan.
“Statemen Gibran ini layak untuk mendapatkan perhatian dari penegak hukum untuk segera ditindaklanjuti,” jelasnya.
Rikky Daulay pun sepakat dengan Gibran bahwa aksi-aksi kekerasan dalam sepak bola Indonesia menjadi pekerjaan rumah bagi ketua umum PSSI yang baru. Karena jika aksi kekerasan ini tidak cepat diselesaikan, maka aksi ini bisa menjadi tradisi dalam sepak bola Indonesia.
“Hal ini memang menjadi salah satu PR besar dan utama untuk siapapun yang akan memimpin PSSI. Aksi kekerasan suporter dari waktu ke waktu seakan menjadi tradisi yang tidak dapat dipisahkan dalam perjalanan sepakbola nasional,” jelasnya.
Rikky pun mengakui, menyelesaikan pekerjaan ini tidaklah muda karena sejauh ini suporter belum mendapat perhatian maksimal dari pengurus PSSI. Namun, pengurus ke depan harus bisa mencari jalan keluar atas masalah tersebut.
“Memang tidak mudah, tetapi saya berharap siapapun nanti yang terpilih sebagai Ketum PSSI dapat mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah ini,” tutupnya.
Sebagaimana diketahui, wajah sepak bola tanah air kembali tercoreng dengan insiden penyerangan kepada bus skuad Persis Solo oleh sejumlah oknum suporter usai melakoni pekan ke-21 Liga 1 2022/2023 di Stadion Indomilk Arena, Tangerang, Sabtu (28/1).
Aksi kekerasan ini kemudian mendapat perhatian serius anak Presiden Jokowi yang juga Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka. Menurut Gibran, kerusuhan belakangan ini akibat ungkapan kekecewaan para pecinta sepak bola atas lambannya pengusutan tragedi Kanjuruhan.
Selain itu, tidak adanya hukuman yang tegas kepada suporter membuat pendukung klub lain tidak jera. Karena itu Gibran berharap Erick Thohir yang tengah mencalonkan diri sebagai ketum PSSI bisa membenahi masalah suporter ini.
“Kalau di Malang tidak dihukum, maka yang lain tidak akan takut berbuat serupa. Dan ini akan terus terjadi selama tidak ada ketegasan terhadap suporter,” kata Gibran melalui akun Twitter @gibran_tweet, dikutip, Minggu (29/1).