Gaza, Gatra.com - Militan Gaza di Palestina menembakkan dua roket dari Jalur Gaza menuju Israel selatan yang kemudian dicegat oleh pertahanan rudal dan dilakukan serangan balik, pada hari Jumat (27/1).
Kebakaran lintas-perbatasan terjadi setelah serangan Israel di Tepi Barat yang diduduki pada hari Kamis, yang menyebabkan satu korban tewas, terbesar dalam pertempuran selama bertahun-tahun.
Roket semalam memicu sirene di komunitas Israel di dekat perbatasan dengan Gaza, dan memperingatkan warganya untuk berlindung. Tidak ada laporan cedera.
Baca Juga: Jet Tempur Israel Menyerang Gaza, Sedikitnya 12 Tewas
Channel 12 Israel menyiarkan cuplikan rudal pencegat Israel yang diluncurkan ke langit malam di atas kota Ashkelon, sekitar 12 km (7 mil) utara Gaza, yang dikendalikan oleh kelompok militan Islam Hamas.
Beberapa jam kemudian, militer Israel mengatakan telah melakukan serangan di Gaza. Saksi Palestina mengatakan pesawat Israel telah menargetkan kamp pelatihan Hamas. Tidak ada cedera yang dilaporkan.
Ketegangan kali ini kembali berkobar setelah pasukan komando Israel membunuh tujuh pria bersenjata dan dua warga sipil, selama serangan di kota Jenin. Hamas dan kelompok militan yang lebih kecil Jihad Islam menjanjikan akan menanggapi, namun tidak ada klaim siapa menembakkan roket tersebut.
Setelah kekerasan Jenin, Otoritas Palestina mengatakan telah mengakhiri koordinasi keamanannya dengan Israel. Sebuah pengaturan yang secara luas sedlama ini dipuji karena membantu menjaga ketertiban di Tepi Barat, dan mencegah serangan terhadap Israel.
Baca Juga: Gagalnya Pembicaraan Soal Kemanusiaan antara Hamas dan PBB
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel tidak ingin meningkatkan situasi, meskipun ia memerintahkan pasukan keamanan untuk waspada.
Pejabat AS, PBB dan Arab berbicara dengan faksi Israel dan Palestina mencoba menenangkan bentrokan di Jenin, --di antara wilayah Tepi Barat yang telah menyaksikan operasi Israel yang intensif-- agar tidak memicu konfrontasi yang lebih luas.
Kebuntuan diplomatik yang hadir telah membantu menggalang dukungan Palestina untuk Hamas dan Jihad Islam, yang menolak hidup berdampingan dengan Israel - di mana pemerintah sayap kanan baru Netanyahu termasuk anggota yang menentang kenegaraan Palestina.