Jakarta, Gatra.com - Dosen Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK), Alfons Loemau, mengatakan kasus Ismail Bolong bukan satu-satunya kartu truf yang dimiliki Ferdy Sambo untuk membongkar skandal internal Kepolisian.
Menurut dia, kasus pemerasan yang melibatkan pejabat tinggi Polri dalam penanganan perkara Richard Mille merupakan satu di antara yang lainnya.
"Ismail salah satu, kemudian ada (kasus) arloji yang menyangkut beberapa petinggi di Bareskrim. Richard Mille, arloji mahal, puluhan miliar bahkan. Penyidiknya yang sudah jadi Kapolda sekarang di Kalimantan Selatan, itu sempat dilemparkan juga (isunya)," kata Alfons dalam keterangannya, Kamis (26/1/2024).
Isu tersebut dihembuskan karena ancaman hukuman mati yang membayang-bayangi Sambo dalam kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Yoshua.
Alfons menuturkan, kasus pemerasan dalam perkara Richard Mille sempat ramai diperbincangkan di media massa. Tapi isu tersebut timbul secara sporadis. Menurut dia, hal ini sengaja dilempar oleh pihak Sambo untuk menakut-nakuti lawannya di Kepolisian.
"Sudah ramai dan sekarang diam. Dan itulah bola-bola panas yang sengaja dilempar kiri kanan," ujarnya.
Kasus Richard Mille pertama kali mencuat saat diagram pemerasan terhadap korban bernama Tony Sutrisno beredar di media sosial Oktober tahun lalu.
Di dalamnya ada sejumlah nama petinggi Polri, antara lain Kepala Bareskrim Polri Komjen Pol Agus Andrianto dan Kapolda Kalimantan Selatan Irjen Pol Andi Rian Djajadi yang sebelumnya menjabat Direktur Tindak Pidana Umum (Dirtipidum) Bareskrim Polri.
Dalam diagram itu disebutkan bahwa Andi Rian Djajadi saat menjabat Dirtipidum menerima uang sebesar 19.000 dolar Singapura (SGD) dari Tony Sutrisno. Uang itu diduga merupakan hasil pemerasan yang dilakukan oleh Andi Rian melalui bawahannya, Kombes Pol Rizal Irawan.
Alfons meyakini kasus Richard Mille ini bagian dari permainan Sambo karena perkara tersebut ikut ditangani Irjen Andi Rian Djajadi.
Adapun Andi Rian adalah ketua tim penyidik yang menangani kasus Ferdy Sambo. Alfons lantas menyebut kasus Ismail Bolong dan Richard Mille sebagai 'penyakit' yang sewaktu-waktu bisa diungkit kembali oleh Sambo jika upaya vonis berat terhadap dirinya tetap dilakukan.
"Beberapa penyakit-penyakit bisul ini pernah diangkat secara timbul tenggelam, dan tidak kunjung kedengaran lagi sekarang," katanya.
Alfons menambahkan, dua kasus yang mencuat di tengah masa persidangan kasus pembunuhan Brigadir Yoshua tersebut hanyalah letupan kecil dari kubu Sambo.
"Menurut saya Sambo pegang banyak kartu truf di dalam permainan ini. Jadi dia bisa bermain dengan segala macam bola. Kalau kita lihat di dalam persidangan dia selalu bawa buku hitam, itu bukan Alkitab, dia orang Kristen. (Tapi) itu catatan si Boy, mencatat noda-noda yang ada di dalam lingkungannya. Dia bawa itu untuk nakut-nakutin," kata Alfons.