Jakarta, Gatra.com - Terdakwa kasus pembunuhan Brigadir J, Richard Eliezer alias Bharada E, mengaku tak pernah berpikir bahwa ia akan diperalat oleh Ferdy Sambo, seorang atasan yang sangat dipercaya dan dihormatinya selama ia mengabdi sebagai seorang ajudan.
Hal tersebut Bharada E utarakan dalam nota pembelaannya, di mana ia mengaku tak pernah menduga ataupun mengharapkan terjadinya peristiwa penembakan yang telah merenggut nyawa Brigadir J, yang merupakan salah seorang rekan kerjanya.
Baca Juga: Bharada E Kembali Memohon Maaf dan Pengampunan dari Keluarga Brigadir J
"Saya tidak pernah menduga apalagi mengharapkan atas peristiwa yang sekarang menimpa diri saya," ujar Bharada E ketika membacakan nota pembelaan (pleidoi) dalam persidangan hari ini, Rabu (25/1).
Bharada E pun menceritakan bahwa ia dipilih sebagai ajudan pada awal masa pengabdiannya sebagai anggota Korps Brigade Mobil (Brimob) Polri. Dengan menjadi ajudan, katanya, ia memiliki tugas untuk menjaga dan mengawal atasannya.
"Tidak pernah terpikirkan. Saya bekerja memberikan pengabdian kepada seorang jenderal berpangkat bintang dua yang sangat saya percaya dan hormati, di mana saya, yang hanya seorang prajurit rendah berpangkat Bharada, yang harus mematuhi perkataan dan perintahnya, ternyata saya diperalat, dibohongi dan disia-siakan, bahkan kejujuran yang saya sampaikan tidak dihargai, malahan saya dimusuhi," jelasnya.
Baca Juga: Baca Pleidoi, Bharada E: Maaf Kalau Kejujuran Saya Membuat Mama Sedih
Bharada E pun mengaku bahwa peristiwa penembakan itu telah membuatnya merasa hancur dan bahkan terganggu secara psikologis. Seperti diketahui, dalam rangkaian proses persidangan silam, Bharada E mengaku telah melesatkan peluru panas ke tubuh Brigadir J atas perintah dari Ferdy Sambo, dalam kejadian berdarah pada Jumat (8/7) silam itu.
"Begitu hancurnya perasaan saya dan goyahnya mental saya, sangat tidak menyangka akan mengalami peristiwa menyakitkan seperti ini dalam hidup saya namun saya berusaha tegar," aku Bharada E.