Riyadh, Gatra.com - Arab Saudi mengeluarkan pernyataan mengutuk perobekan Al-Quran oleh seorang ekstremis di Belanda, pada hari Selasa (24/1).
Al-arabiya, Rabu (25/1), melaporkan, Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengeluarkan pernyataan dengan kecaman keras, setelah pemimpin kelompok sayap kanan anti-Islam Jerman melancarkan protes.
Diidentifikasi sebagai Edwin Wagensveld, dari video acara tersebut menunjukkan kepala cabang organisasi Belanda dari Jerman Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (Pegida), melakukan perobekan sejumlah halaman dari kitab suci dan kemudian berjalan di atasnya.
Personel polisi yang melihat aksi tersebut tidak juga melakukan intervensi.
Kementerian tersebut mengatakan bahwa tindakan tercela seperti itu memprovokasi perasaan ratusan juta Muslim di seluruh dunia.
Kementerian Luar Negeri menegaskan kembali posisi Kerajaan Saudi tentang pentingnya menyebarkan nilai-nilai dialog, toleransi, dan hidup berdampingan, serta menolak kebencian dan ekstremisme.
Baca Juga: Indonesia: Aksi Politikus Swedia Nistakan Al-Qur'an Lukai Toleransi
Kementerian luar negeri UEA juga mengeluarkan pernyataan pada hari Selasa yang mengatakan: "Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (MoFAIC) menegaskan penolakan permanen UEA terhadap semua praktik yang bertujuan untuk mengacaukan keamanan, yang bertentangan dengan nilai dan prinsip manusia dan moral.
“Kementerian menekankan perlunya menghormati simbol-simbol agama dan untuk menghindari hasutan dan polarisasi pada saat dunia harus bekerja sama untuk menyebarkan nilai-nilai toleransi dan koeksistensi serta menolak kebencian dan ekstremisme.”
Pernyataan kecaman serupa dikeluarkan oleh Qatar, Kuwait, Yordania, Mesir dan Organisasi Kerjasama Islam (OKI).
Baca Juga: Arab Saudi Kutuk Swedia Izinkan Politisi Sayap Kanan Membakar Alquran
Turki pun memprotes tindakan tersebut dan memanggil duta besar Belanda untuk menyatakan ketidaksenangannya atas tindakan itu.
Panggilan itu menyusul beberapa hari setelah terjadi aksi protes serupa di luar kedutaan Turki di Stockholm, yang akhirnya mengancam akan menenggelamkan ambisi Swedia untuk bergabung dengan blok pertahanan NATO.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa Swedia tidak dapat lagi mengharapkan dukungan tawaran keanggotaan NATO, menyusul keputusannya yang mengizinkan pengunjuk rasa anti-Islam membakar Al-Quran.