Jakarta, Gatra.com - Menteri Investasi Bahlil Lahadalia mengatakan untuk mencapai target investasi Rp1.400 triliun tahun ini cukup berat. Pasalnya, berbagai faktor ketidakpastian ekonomi global dan stabilitas di tahun politik menjadi hal utama yang diwaspadai pemerintah.
Bahlil mengatakan di berbagai survei global menunjukkan potensi resesi ekonomi global semakin nyata. Namun, seberapa dalam resesi itu, kata dia, menjadi hal yang masih diperhitungkan untuk diantisipasi.
Di sisi lain, memasuki 2023 gejolak politik yang akan terjadi juga membuat sejumlah kewaspadaan terhadap kondisi investasi dari para investor.
Baca Juga: Selasa Sore Rupiah Menggila, Kembali di Bawah Rp14.900 per Dolar AS
"Namanya tahun politik biar sumpah potong kucing itu pasti ada perasaan wait and see (menunggu dan melihat)," ujar Bahlil.
Karena itu, Bahlil mendorong semua pihak untuk menjaga stabilitas politik di dalam negeri. Citra baik negara menjadi kunci untuk menjaring kepercayaan para investor asing masuk ke dalam negeri.
Bila perdebatan dan isu-isu negatif terus bergaung, kata dia, para calon investor bakal ragu untuk mulai menanamkan modalnya di Indonesia.
Baca Juga: Realisasi Investasi 2022 Tembus Rp1.200 T, Bahlil: Terbesar Sepanjang Sejarah RI
"Hari ini hampir semua pemimpin dunia bicara tentang stabilitas. Karena hanya itu yang bisa menyelamatkan kita. Tapi kalau kita berdebat dengan hal yang tidak substantif, maka mohon maaf investor itu akan ada keraguan," tuturnya.
Kendati, berbekal dari capaian investasi tahun 2022 yang melampaui target Rp1.200 triliun, Bahlil mengaku tetap optimistis untuk meraih target Rp1.400 triliun di tahun ini. "Investasi yang mencapai target itu cukup memberikan proses kepercayaan diri bagi investor dalam negeri, investor asing dan pemerintah," imbuhnya.
Sebagai informasi, sepanjang 2022 pemerintah mencatat nilai penanaman modal asing (PMA) mencapai Rp654,4 triliun mencakup 54,2% dari total realisasi investasi atau tumbuh 44,2% (yoy). Sementara itu, realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) sepanjang 2022 mencapai Rp552,8 triliun, mencakup 45,8% atau tumbuh 23,6% secara tahunan.