Home Kesehatan Peningkatan Kasus Campak Sampai 32 Kali Lipat

Peningkatan Kasus Campak Sampai 32 Kali Lipat

Jakarta, Gatra.com – Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Prima Yosephine, mengatakan, peningkatan kasus campak pada 2022 sebanyak 32 kali lipat dibanding tahun sebelumnya.

“Ini kalau kita bandingkan di 2021, memang ada peningkatan signifikan, meningkat kurang lebih 32 kali lipat keadan pada 2022 dibanding 2021,” katanya dalam konferensi pers virtual pada Jumat petang (20/1).

Baca Juga: Campak Dapat Sebabkan Komplikasi Berat

Adapun angka kasus campak pada 2022 sebanyak 3.341. Angka tersebut confirm karena merupakan hasil uji laboratorium anak yang terkena virus tersebut. Kasus itu terdapat di 223 kabupaten atau kota pada 31 provinsi.

“Dari jumlah tersebut terdapat sebanyak 55 KLB di 34 kabupaten atau kota di 12 provinsi,” katanya.

Angka 3.341 kasus campak itu total dalam satu tahun 2022. itu merupakan akumulasi selama setahun dan bukan serentak terjadi pada suatu waktu. “Jadi mulai dari Januari 2022 sampai dengan minggu ke-52 di Desember 2022, ada sejumlah itu [3.341],” katanya.

Soal mengapa peningkatannya signifikan, lanjut Prima, karena sudah dua tahun berturut-turut, yakni 2020 dan 2021, imunisasi rutin tidak bisa mencapai target. Akibatnya, anak-anak yang tidak diimunisasi kian bertambah dan ini akan mempermudah penuluran campak sehingga terjadi KLB di beberapa daerah.

“Kasus 2022 ini ketika kita periksa, sebagian besar tidak pernah diimunisasi, beberapa sudah diimunisasi tetapi tidak lengkap,” katanya.

Adapun anak yang vaksinasi cacarnya sudah lengkap, jumlahnya hanya sebagian kecil. Selain itu, kemungkinan ibu atau orang tua dari anak tidak mengetahui status imunisasi anaknya.

Baca Juga: Campak Hanya Bisa Dicegah dengan Imunisasi

“Kita ketahui, status imunisasinya, mungkin ibunya lupa menyimpan catatan riwayat imunisasi anaknya dan tidak ingat imunisasi apa saja yang sudah diberikan,” katanya.

Sedangkan mengapa jumlah anak confirm campak sebelum tahun 2021, yakni 2018 dan 2019 cukup bagus karena imunisasinya terus berjalan. “Bahkan di 2019 cakupan imunisasi kita lebih tinggi sehingga memang di 2021 kita masih cukup kuat,” katanya.

36