Jakarta, Gatra.com – Sekitar 28% anak di Indonesia rentan terpapar atau tertular campak. Pasalnya, belum mendapatkan imunisasi untuk menangkal virus yang penularannya sangat cepat dan bisa berakibat fatal tersebut.
“Artinya, ada anak-anak yang masih belum mendapatkan kekebalan terhadap campak. Jadi ini suatu risiko yang masih ada di lapangan,” kata dr. Prima Yosephine, Direktur Pengelolaan Imunisasi Ditjen P2P Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dalam konferensi pers virtual pada Jumat petang (20/1).
Ia menjelaskan, untuk capain angka anak secara nasional yang sudah mendapatkan imunisasi campak sebanyak 72% dan masih di bawah target program Bulan Imunisasi Anak Nasional yang dihelat pada Mei dan Agustus 2022 lalu.
“Ini untuk yang giat kemarin belum bisa mencapai target. Tahap satu di luar Jawa-Bali, kita hanya bisa mencapai 60,3% dari target 95%,” katanya.
Prima dalam acara bertajuk “Update Perkembangan Campak di Indonesia” ini, mengungkapkan, capaian imunisasi tahap satu pada provinsi di luar wilayah Jawa-Bali hanya mencapai 60,3% dari target 95%.
Sedangkan di provinsi di Jawa-Bali, angkanya cukup signifikan, yakni mencapai 95%. “Secara nasional cakupan giat imunisasi campak roebela kita hanya mencapai 72%,” katanya.
Prima menjelaskan, campak adalah salah satu dari penyakit yang sebenarnya sudah bisa dicegah melalui imunisasi, sehingga untuk mencegah anak terkena campak adalah dengan menggencarkan imunisasi.
“Tapi kenyataannya, sampai saat ini PD3I [Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi] masih mengancam dunia,” katanya.
Menurutnya, imunisasi itu kalau dilakukan secara baik dan cakupannya bisa cukup tinggi, maka imunisasi ini bisa menekan sekitar 2 sampai 3 juta angka kematian setiap tahunnya yang diakibatkan PD3I. “PD3I banyak jenisnya, ada campak, difteri, tetanus, influenza, dan lain-lain,” katanya.
Ia mengungkapkan, saat ini sudah banyak vaksin untuk mecegah berbagai penyakit. Banyaknya vaksin yang tersedia bisa mencegah lebih dari 20 penyakit yang sangat berbahaya.
“Kenapa masih mengancam dunia si PD3I? Karena kita lihat meski vaksin yang sudah ditemukan cukup banyak, imunisasi sudah berlangsung cukup lama, tapi kita masih menjumpai adanya penyakit-penyakit ini di Indonesia maupun negara lain, masih mengancam. Contohnya, salah satunya campak,” ujarnya.
Di Indonesia, lanjut Prima, pengendalian campak rubela adalah mencapai eliminasi virus tersebut, yakni menekan sedemikian rupa angka dari kesakitan akibat campak, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat.