Jakarta, Gatra.com - Pengumuman surplus perdagangan Desember 2022 oleh Badan Pusat Statistik (BPS) membawa nilai tukar Rupiah semakin perkasa. Diketahui, BPS mencatat surplus perdagangan RI sepanjang 2022 mencapai US$54,46 miliar atau setara Rp816,9 triliun.
Senin sore, Rupiah ditutup menguat tajam 103 poin ke level Rp15.045 per Dolar Amerika Serikat. Melansir Bloomberg, penguatan Rupiah hari ini juga diikuti penguatan sejumlah mata uang utama lainnya di Asia seperti Peso Filipina, Won Korea, dan Ringgit Malaysia.
Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan kumulatif surplus neraca perdagangan RI yang terus meningkat sejak tahun 2020 membuat sentimen pasar tumbuh positif terhadap Indonesia.
Baca Juga: Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Picu Impor Desember 2022 Tembus US$19,94 Miliar
Secara bersamaan, posisi utang luar negeri (ULN) pemerintah pada November 2022 tercatat sebesar US$181,6 miliar atau terkontraksi 10,2% secara tahunan (year on year/yoy).
"Perkembangan ULN tersebut disebabkan oleh sentimen positif kepercayaan pelaku pasar global yang tetap terjaga sehingga mendorong investor asing kembali menempatkan investasi portofolio di pasar Surat Berharga Negara (SBN) domestik," jelas Ibrahim, Senin (16/1).
Ibrahim menyebut penguatan sejumlah mata uang utama terhadap Dolar AS hari ini juga disebabkan proyeksi kenaikan suku bunga yang lebih kecil oleh bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed).
Baca Juga: Jumlah Penduduk Miskin RI Naik Lagi, Tembus 26,36 Juta Orang
"Inflasi AS menunjukkan tanda-tanda pendinginan. Investor sekarang semakin yakin bahwa Fed mendekati akhir siklus kenaikan suku bunga, dan suku bunga tidak akan setinggi yang dikhawatirkan sebelumnya," katanya.
Ibrahim pun memperkirakan, pada perdagangan besok (17/1), Rupiah akan dibuka fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.010 - Rp15.100 per Dolar AS.