Jakarta, Gatra.com – Gubernur Lemhanas, Andi Widjajanto, mengatakan, salah satu lompatan strategis yang saat ini sedang dilakukan Pemerintah Indonesia adalah membentuk angkatan keempat di bidang digital dan siber.
Andi dalam keterangan tertulis diterima pada Jumat (13/1), menyampaikan, sebenarnya TNI sedang melakukan evolusi pembentukan angkatan keempat tersebut.
Menurutnya, Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan TNI, saat ini pada masing-masing angkatan telah mempunyai pusat siber yang komandannya adalah perwira bintang satu. Adapun yang dibutuhkan ke depan guna membentuk pasukan khusus ini adalah struktur organisasi yang lebih besar.
Baca Juga: Gubernur Lemhanas: Empat Konsensus Dasar Menjadi Perisai Dalam Pertarungan Kekuatan Sumber Daya
Dengan demikian, lanjut Andi, maka kemampuan kapasitas siber pertahanan meningkat secara signifikan. Ia mencontohkan Singapura yang baru saja membentuk angkatan keempat digital dan intelijen pada 28 Oktober 2022.
Menurut Andi, Singapura perlu membentuk angkatan tersebut setara dengan angkatan darat, laut, dan udara karena negara ini secara progresif membangun kemampuan di empat bidang utama dalam komando, kontrol, komunikasi, dan komputer serta intelijen.
“Organisasi Siber Pertahanan yang didirikan pada tahun 2017 berfungsi untuk mengoordinasikan upaya keamanan siber di sektor pertahanan,” katanya.
Tak hanya Singapura, lanjut dia, Amerika Serikat (AS) dan Cina sudah membentuk pasukan khusus yang juga khusus konsentrasi ke siber. AS memiliki 5 angkatan pertahanan, Darat, Udara, Laut, Antariksa, dan Cyber War. Salah satu badan keamanan di AS adalah National Security Agency (NSA).
Andi berpandangan, saat ini dan masa mendatang, kekuatan intelijen digital diperlukan untuk secara efektif menangani ancaman digital dari pelaku ancaman eksternal yang diperkirakan akan tumbuh dalam jumlah, kecanggihan, dan organisasi.
Beruntungnya tingkat kematangan teknologi di dunia sudah membaik. Namun Andi menilai bahwa masalah utama sekarang ini adalah teknologi digital berkembang lebih cepat dibandingkan arsitektur keamanannya.
“Tapi itu pun tidak lamban. Saat Presiden Joko Widodo berkuasa pertama kali, belum ada badan siber sama sekali,” katanya.
Baru pada 2018 dibentuk badan siber dan lembaga sandi negara diubah menjadi badan siber. Hanya dalam waktu empat tahun di setiap angkatan ada pusat siber, termasuk di kepolisian dan badan intelijen. “Tingkat adaptasinya ternyata lebih cepat,” ujarnya.
Andi menilai bahwa kerusakan yang terjadi di Indonesia belum sistematis. Padahal, selama 2020–2021 saja terjadi 240 juta kali anomali, seperti malware, phishing, ransomware, pencurian data hingga gangguan server.
“Artinya, satu bulan 20 juta kali, hampir 1 juta per hari atau ratusan ribu dalam waktu 24 jam saja. Tapi belum ada kan serangan yang merusak secara sistematis dan struktural,” ujarnya.
Baca Juga: Jokowi Lantik Andi Widjajanto Gubernur Lemhanas dan Arief Kepala Badan Pangan
Adapun yang menjadi tantangan besar dalam membentuk angkatan keempat ini, yakni menyiapkan sumber daya manusia yang khusus mempelajari dunia siber. Ia optimistis penyediaan sumber daya ini akan terpenuhi karena pemerintah sekarang menyediakan banyak fasilitas bea siswa kepada anak-anak muda untuk mempelajari dunia siber.
Andi mencontohkan salah satu mahasiswanya di Universitas Indonesia baru saja menyelesaikan studi di bidang keamanan siber di Australia. Tak hanya itu, belum lama ini seorang anak muda lulusan Binus dan ITB juga baru menyelesaikan studinya di Korea Selatan di bidang alogaritma.
“Baru saja lulus, anak muda ini sudah mendapat tawaran magang bekerja di Hyundai,” katanya.