Batanghari, Gatra.com - Anda yang kebetulan bertandang ke Kabupaten Batanghari Provinsi Jambi, bisa jadi bakal kaget menengok jalan-jalan menuju sentra produksi di sana nampak kinclong.
Jalan dari Simpang Karmeo menuju Simpang Kilangan di Kecamatan Bathin XXIV misalnya. Dulu, teramat sulit orang membawa hasil kebun kelapa sawit dan karetnya dari kawasan ini. Sebab harus berjibaku dengan macetnya truk-truk Batubara yang sampai kini menjadi momok di jalan lintas Selatan itu.
Tapi sekarang, Pemkab Batanghari sudah membikin jalan pengerasan sepanjang 42,7 kilometer. Hadirnya jalan ini telah membikin para petani bisa menghemat waktu hingga dua jam.
Di Maro Sebo Ilir, orang yang mau membawa hasil sawit, karet dan padi, juga sudah gampang melintas di Simpang Bukit Paku menuju Desa Terusan. Soalnya, jalan sepanjang hampir lima kilometer di sana, sudah di-rigid dan diaspal.
Begitulah dua gambaran 23 ruas jalan yang telah dibangun dan dipermak oleh Pemkab Batanghari di delapan kecamatan yang ada sepanjang tahun lalu. “Total panjang semua ruas jalan yang menuju sentra produksi pertanian dan perkebunan itu mencapai lebih dari 100 kilometer,” cerita Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Batanghari, Dedi Susandi kepada Gatra.com tadi siang.
Bukan lantaran sedang banyak duit Pemkab Batanghari kemudian bergegas membangun dan memperbaiki semua jalan itu. Tapi justru lebih pada modal tekad dan harapan.
Dibilang begitu lantaran begitu Muhammad Fadhil Arief resmi dilantik menjadi Bupati Batanghari pada 26 Februari 2021, yang dia dapati justru Pemkab Batanghari sedang terlilit utang mencapai Rp95 miliar.
“Kaget juga waktu itu, tapi apa mau dibilang. Saya harus legowo. Bahwa ternyata saya memulai pekerjaan saya dari kondisi daerah yang terlilit utang, iya. Tapi bukan berarti gara-gara itu saya jadi meratap. Justru saya harus bisa membuktikan kalau saya bisa menjalankan program yang sudah saya bikin dan memberesi utang itu,” kata lelaki 48 tahun ini saat berbincang dengan Gatra.com.
Batanghari kata ayah 4 anak ini, 82 persennya adalah lahan pertanian. Punya hampir 100 ribu hektar perkebunan kelapa sawit rakyat yang tersebar di tujuh kecamatan. Lalu ada pula lahan persawahan yang mencapai 6000 hektar.
“Luasan ini masih bisa dioptimalkan menjadi 12 ribu hektar. Kalau sawah segini sudah ada, Batanghari akan surplus beras. Bisa juga lahan yang 6000 hektar tadi dioptimalkan dari IP100 menjadi IP200 dan saat ini sudah kita coba di lahan 1000 hektar ” kata Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Batanghari, Mara Mulya Pane.
Oleh gambaran-gambaran semacam inilah makanya Fadhil memilih menggeber jalan-jalan menuju sentra produksi itu. Sebab dengan mulusnya jalan dari dan ke sana, petani akan gampang mengangkut hasil tani dan kebunnya.
“Yang dari Desa Bungku Kecamatan Bajubang menuju Muara Bulian juga akan kita beresi. Ini panjangnya sekitar 37 kilometer. Kalau sudah tuntas, akan hanya membutuhkan waktu 30 menit dari yang tadinya mencapai tiga jam. Intinya, persoalan jalan ini musti kita beresi. Sebab kalau mobilitas sudah gampang, tentu biaya mobilisasi juga akan lebih murah,” kata lelaki 48 tahun ini.
Jalan dipermulus, potensi pertanian khususnya tanaman padi, bakal terus dimaksimalkan. Sebab bagi Fadhil, sepanjang masih ada manusia, beras pasti masih akan sangat dibutuhkan.
“Agar semuanya bisa berjalan optimal, saya membikin program tangguh, biar fokus. Ada penyuluh tangguh, petani tangguh dan bahkan dokter tangguh, hingga motivator tangguh. Ini kita barengi dengan beasiswa tangguh. Sebab bagi saya, daerah ini masih sangat membutuhkan sumberdaya manusia yang mumpuni. Di lain waktulah saya jelaskan seperti apa program tangguh ini ya,” Fadhil mengulum senyum.
Abdul Aziz