Bantul, Gatra.com – Kantor Bea Cukai Yogyakarta berharap para eksportir kembali menggunakan jalur dari Bandara Yogyakarta International Airport (YIA) dalam ekspor salak pondoh.
Selain masih luangnya tempat penyimpanan kargo di YIA, penambahan penerbangan di bulan depan hingga 22 penerbangan per pekan dinilai mempermudah ekspor.
Hal ini disampaikan Fungsional Pemeriksa Bea Cukai Ahli Pertama Yogyakarta Sutopo, Jumat (13/1), saat pembukaan gudang konsolidasi ekspor di Bantul.
“Komoditas ekspor dari Yogyakarta didominasi barang kerajinan, sarung tangan, sayur, dan buah-buahan. Saat ini kita tengah mendorong pengiriman ekspor salak pondoh kembali lewat Yogyakarta,” katanya.
Dirinya menceritakan, saat melalui Bandara Adi Sucipto, pengiriman salak podoh dari Yogyakarta ke luar negeri sangat besar. Namun sekarang para eksportir lebih memilih menggunakan jalur Bandara Soekarno - Hatta dan lewat darat.
Khusus untuk Bandara Soetta, pengiriman salak pondoh menyasar pasar China, Vietnam, dan Kamboja. Sedangkan untuk jalur darat, salak pondoh dikirim menuju Medan kemudian dikapalkan ke Singapura.
“Kalau informasi informal yang saya dapatkan dari rekan-rekan eksportir, bulan lalu saja pengiriman salak pondoh untuk pasar ekspor mencapai 20 ton. Bahkan sampai hari ini, pengiriman ke Malaysia mencapai 3 ton per hari,” jelas Sutopo.
Dirinya mengaku alasan eksportir menggunakan jalur Bandara Soetta karena banyaknya penerbangan langsung menuju negara tujuan ekspor sehingga lebih murah. Demikian juga dengan jalur darat, eksportir memilih karena alasan harga.
Saat ini di YIA penerbangan kargo untuk ekspor hanya dilayani oleh satu maskapai dengan biaya Regulated Agent (RA) yang tinggi.
Sebagai fasilitator ekspor impor, Bea Cukai Yogyakarta berharap ada kebijakan penurunan tarif RA sehingga tidak membebani eksportir.
“Kami saat ini terus berusaha menjembatani agar tarif RA ini bisa diturunkan sehingga ke depan bisa menguntungkan pelaku usaha,” pungkas Sutopo.