Karawang, Gatra.com - Pemerintah membantah stigma negatif masyarakat terkait subsidi mobil listrik. Belakangan, berbagai kalangan beranggapan pemerintah salah sasaran, subsidi mobil listrik hingga Rp80 juta per unit hanya bisa dinikmati oleh orang kaya.
Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso menekankan, insentif kendaraan listrik diperlukan untuk mencapai energi hijau.
"Kita ingin mendorong green economy sehingga green energy," ujar Susiwijono di PT Hanjaya Mandala Sampoerna (HMS) di Karawang, Kamis (12/1).
Menurutnya, insentif mobil listrik dibutuhkan untuk meningkatkan jumlah permintaan. Insentif pembelian kendaraan listrik, kata dia juga dilakukan di banyak negara, bukan hanya Indonesia.
"Semua negara mendorng ke green energy sehingga pilihannya memperbesar demand selain kita shifting supply-nya dari yang tadinya pembangkit berbasis coal (batubara) ke green energy," ucapnya.
Ia pun mencontohkan negara Amerika Serikat yang menggelontorkan US$117 juta untuk insentif untuk kendaraan listrik.
"Thailand lebih besar lagi," ucapnya.
Susiwijono menjelaskan, pemerintah tengah menggodok perhitungan alokasi insentif kendaraan listrik. Nantinya, ada batasan harga kendaraan yang bisa menerima insentif tersebut.
"Apakah benar beli mobil listrik diatas Rp1 miliar akan disubsidi seakan-akan mensubsidi orang kaya?. Saya bilang teknisnya sedang kita atur sehingga nanti akan ada batasan harga berapa, yang dapat subsidi besarannya berapa. Ada beberapa parameter masyarakat dengan pendapatanya berapa atau UMKM. Itu yang sedang kita bahas," bebernya.
Ihwal anggaran yang disiapkan untuk insentif kendaraan listrik, dia menyebut aturan teknisnya masih dalam tahap diskusi kebijakan bersama Kementerian Perindustrian, Kementerian ESDM, dan Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi.
"Kalau hitung-hitungannya kan roda 4 dapat Rp 80 juta, roda dua Rp7 - Rp8 juta. Katakan Rp7 juta (motor) aja kalau dikasih 1 juta unit sudah Rp triliun. Kita harus memikirkan, dan motor juga ada konversi. Kalau konversi mengurangi yang berbasis fosil intinya ini sedang kita bahas, dan policy-nya sedang kita rumuskan," imbuhnya.