Jakarta, Gatra.com- Dua nama yg saat ini mengemuka di Demokrat adalah Anies Baswedan dan AHY. Belum ada nama lain. Ini aspirasi dari kader-kader kami, konstituen kami, masyarakat yang ditemui para pengurus dan anggota dewan kami di berbagai pelosok negeri.
Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP/Koordinator Juru Bicara Herzaky Mahendra Putra menyampaikan Demokrat sedang membentuk koalisi perubahan. Baginya, capres dan cawapresnya harus sosok yang lekat dengan perubahan, bukan status quo.
“Apalagi, hasil survei berbagai lembaga menunjukkan tingginya elektabilitas kedua sosok ini, terutama ketika dipasangkan. Kita kan harus realistis dan rasional. Mau menang, cari yang terbaik,” kata Herzaky dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (7/1).
Untuk deklarasi, Herzaky melanjutkan Demokrat masih dalam proses pembahasan dengan teman-teman koalisi perubahan. Kita cari formula yang paling memungkinkan untuk menang.
“Apakah deklarasi koalisi dulu, atau sekaligus dengan capres, ataukah dengan cawapres-nya juga. Semua mesti kami bahas dan pertimbangkan dulu secara detail. Ada kondisi-kondisi berbeda di 2024 dibandingkan 2019, yang perlu kami sesuaikan. Kalau nama capres dan cawapres baru belakangan dideklarasikan, misalnya, perlu diingat ada perbedaan drastis waktu kampanye di pilpres 2024 dan pilpres 2019,” imbuhnya.
Herzaky mengingat pada Pilpres 2019 lalu, waktu kampanye sangat panjang mencapai hampir 8 bulan. Jadi, jika capres-cawapres ditentukan dan diumumkan si saat-saat terakhir, masih ada waktu kira-kira 8 bulan untuk sosialisasi. Jika pada 2024, waktu kampanye hanya 75 hari dan menurutnya sangat singkat.
Jadi, kalau dulu di Pilpres 2019 baru last minute diumumkan, nama capres dan cawapres bisa jadi element of surprise. Nah, kalau sekarang, di Pilpres 2024, bisa jadi malah gol bunuh diri namanya. Waktu terbatas untuk sosialisasi sosok capres-cawapresnya. Belum sempat konsolidasi, sosialisasi, belum banyak dikenal publik di berbagai pelosok negeri, belum sempat naik elektabilitas sebagai pasangan, tahu-tahu sudah selesai waktu kampanye, tahu-tahu sudah masuk hari penghitungan suara.
Herzaky menekankan Indonesia ini sangat luas. Bukan seperti Jakarta yang jarak tempuhnya sejauh-jauhnya 2-3 jam saja, dan akses informasinya terbilang cepat dan luas. Perlu sosialisasi intens dengan seluruh rakyat Indonesia.
“Nanti kalau sebelum waktu kampanye kita sudah keliling-keliling, dibilangnya tidak etis pula, meskipun kita tidak pakai uang rakyat seperti pejabat aktif yang sibuk keliling Indonesia layaknya kampanye padahal dibiayai negara,” pungkasnya.