Pekanbaru, Gatra.com - "Tolong simpan nomor handphone dari petani sawit, Bapak ini," pinta Jokowi kepada protokol yang menemaninya, masih sambil melihati Gulat Medali Emas Manurung, Rino Afrino dan T Rusli Ahmad yang berdiri di hadapannya. "Nanti saya diingatin ya," bekas Gubernur DKI Jakarta ini minta diingatkan.
Yang disuruh Jokowi pun langsung meminta nomor handpone Gulat dan Rino yang sontak sumringah. Tak terkecuali Rusli Ahmad.
Gulat dan Rino adalah Ketua Umum dan Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP-Apkasindo). Sementara Rusli adalah salah seorang Dewan Penasehat DPP Apkasindo.
Ketiganya sengaja menjumpai Jokowi di Hotel Novotel di kawasan jalan Riau, Pekanbaru itu tadi pagi untuk mencurahkan unek-unek mereka yang beberapa bulan belakangan sangat mengganjal. Kebetulan dari kemarin Jokowi berkunjung ke Pekanbaru dan menginap di hotel itu.
Saking mengalirnya unek-unek yang disampaikan, kening Jokowi sampai mengernyit. Tapi di balik kernyitan itu, ada yang menurut Jokowi penting untuk dibicarakan lebih lanjut.
Itulah makanya dia meminta protokol menyimpan nomor para petinggi Apkasindo itu dan si protokol dia minta untuk mengingatkannya.
Wajar bila Jokowi mengangkap apa yang dibilang para petinggi Apkasindo itu penting. Sebab yang mereka sampaikan adalah nasib 17 juta petani kelapa sawit dan pekerja sawit di seantoro Nusantara.
"Harga TBS petani saat ini sangat memprihatinkan Pak Jokowi. Rata-rata masih di angka Rp1800-Rp2.350 per kilogramnya. Ini akibat Permentan yang mengatur tata cara penetapan harga TBS tidak berpihak kepada petani swadaya yang jumlahnya mencapai 93%. Tapi hanya mengikat petani bermitra yang jumlahnya hanya 7%," sambil berdiri berhadap-hadapan, Rusli membuka pembicaraan.
Masih dilihati Jokowi, Rusli melanjutkan,"Program Strategis PSR juga sangat memprihatinkan. Secara nasional, capaiannya gagal. Riau sendiri sebagai provinsi sawit terluas, capaian PSR 2022 nya nol persen," ujarnya.
"Jadi, patut menjadi pertimbangan Bapak Presiden mengevaluasi kinerja Kementerian terkait dan ini urgen dan harus gerak cepat, Pak," tambah Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Santri Tani NU itu.
"Ini saya sampaikan lantaran setahu saya visi misi yang ada itu hanya visi misi Presiden dan Wakil Presiden. Sebagai pembantu, mestinya jangan ada visi misi kementerian yang bertentangan dengan Program Strategis Presiden dan Wakil Presiden," mengalir Ketua PWNU Riau ini ngomong.
Gulat yang sangat paham soal teknis, kemudian menimpali. Lelaki 50 tahun ini bilang bahwa capaian PSR tahun lalu adalah terendah sepanjang sejarah.
"Dan ini sangat mempengaruhi psikologis petani sawit, Pak. Terus terang kami petani sawit berkecil hati dengan angka capaian PSR 2022 yang cuma 9,4% dari 180 hibu hektar yang menjadi target dan Riau serta beberapa provinsi sawit lainnya nol persen capaian PSR nya di 2022. Padahal Bapak sangat antusias ingin mencapai target itu," Gulat memandangi wajah Jokowi.
Persyaratan yang berhubungan dengan KLHK seperti bebas kawasan hutan dan terakhir harus bebas gambut, menjadi pengganjal utama capaian PSR 2022.
"Kami sangat berharap Bapak Presiden berkenan turun tangan mengatasi kendala petani sawit dalam mencapai target program strategis Bapak, seperti PSR dan hilirisasi TBS Petani," Rino menimpali.
Abdul Aziz