Jakarta, Gatra.com - Perusahaan logistik pelat merah, PT Pos Indonesia, berencana IPO (initial public offering) ke lantai Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 2025 nanti. Hal itu diungkapkan oleh Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Pos Indonesia, Endy Pattia Rahmadi Abdurrahman.
"Kita mengharapkan dalam beberapa tahun ke depan dapat menjadi leader kembali di pasar," ujar Endy dalam Power Breakfast IDX Channel, dikutip Kamis (5/1).
Endy menyebut dengan rencana IPO ke pasar modal, kinerja bisnis PT Pos Indonesia diharapkan bisa lebih transparan, responsible dan accountable.
Sebelumnya, PT Pos Indonesia juga telah menerbitkan obligasi senilai Rp500 miliar. Menurut Endy, permintaan calon investor terhadap obligasi Pos Indonesia melampaui lebih dari Rp500 miliar.
"Permintaanya cukup banyak, jadi sampai oversubscribed Rp1,6 triliun. Namun memang rencana kami terbatas di Rp500 miliar sehingga banyak calon investor yang cukup kecewa," ungkapnya.
Penerbitan obligasi dan rencana IPO pada 2025, kata Endy, adalah strategi perusahaan logistik tertua di Indonesia ini untuk mentransformasi tata kelola bisnis yang lebih berdaya saing. Ia pun mengaku, transformasi bisnis yang dilakukan PT Pos Indonesia cenderung terlambat seiring dengan pesatnya pertumbuhan bisnis para kompetitor dari swasta.
"Memang agak sedikit terlambat merespons perkembangan pasar, tapi market melihat bahwa pos ini mempunyai potensi yang sangat besar. Dia ada di seluruh Indonesia," ucapnya.
Sebagai informasi, IPO merupakan penawaran umum perdana saham perusahaan yang dijual kepada calon investor ritel maupun institusi. Melalui IPO, masyarakat umum dapat membeli saham perusahaan, sementara dari sisi perusahaan dapat memperoleh modal tambahan untuk pengembangan bisnisnya.
Adapun keuntungan yang bisa didapat oleh perusahaan melalui IPO, yakni menciptakan kemandirian perusahaan. Musababnya, perusahaan bisa langsung mencari pendanaan di pasar modal. Diketahui selama ini, PT Pos Indonesia sebagai perusahaan yang 100% dimiliki oleh negara mendapatkan pendanaan dari pinjaman bank maupun MTN (medium term notes) BUMN.