Batam, Gatra.com - Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) merilis angka inflasi pada bulan Desember 2022 sebesar 1,11 persen month to month (mtm). Inflasi tersebut didorong oleh peningkatan harga tiket angkutan udara dan sejumlah kebutuhan pokok.
Deputi Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia (BI) Wilayah Kepri Adidoyo Prakoso mengatakan, angka Inflasi tersebut lebih tinggi dibandingkan November 2022 yang mengalami deflasi sebesar -0,20 persen (mtm).
“Inflasi pada Desember, didorong oleh peningkatan harga komoditas angkutan udara, bayam, kangkung telur ayam ras, dan rokok kretek filter,” katanya, dalam keterangan tertulis, Rabu (4/1).
Menururnya, kenaikan harga cabai dan sayuran terjadi seiring permintaan yang meningkat selama masa liburan sekolah, perayaan Natal dan Tahun Baru. Sementara itu sejalan dengan peningkatan mobilitas di liburan akhir tahun, tarif angkutan udara juga mengalami peningkatan.
Secara spasial, diakuinya, Kota Batam dan Kota Tanjungpinang mengalami inflasi sebesar 1,14 persen (mtm) dan 0,85 persen (mtm). Dengan demikian, secara year on year/yoy (IHK Desember 2022 dibandingkan November 2022), Provinsi Kepri mengalami inflasi sebesar 5,83% (yoy).
"Capaian inflasi Kepri tersebut berada di posisi ke-3 terendah di antara Provinsi di Sumatera, namun masih di atas target sasaran inflasi nasional sebesar 3 ± 1 persen (yoy). Pada saat yang sama, IHK Nasional mengalami inflasi sebesar 0,66 persen (mtm), atau 5,51persen (yoy)," ujarnya.
Adidoyo menyebut, sejumlah upaya telah dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) untuk mengendalikan inflasi agar tetap rendah dan stabil. Melalui operasi pasar murah di Kabupaten/Kota yang dilaksanakan selama bulan Desember 2022.
"Pelaksanaan operasi pasar murah juga disertai dengan kegiatan pemantauan harga di pasar yang dilaksanakan secara intensif khususnya pada komoditas penyebab inflasi. Selain itu, koordinasi TPID juga dilakukan secara intensif terutama menjelang hari raya Natal dan Tahun Baru yang secara historis mengalami peningkatan harga," terangnya.
Dalam jangka panjang, kata Adidoyo, TPID akan melanjutkan upaya peningkatan kapasitas produksi lokal melalui penguatan kelembagaan nelayan/petani, perluasan lahan, dan implementasi teknik budidaya yang lebih baik seperti Program Lipat Ganda dan penerapan integrated farming untuk menekan biaya produksi.
Selain itu, pemasaran bahan pangan secara online yang diintegrasikan dengan pembayaran secara digital (QRIS) terus didorong untuk efisiensi rantai distribusi di Kepri.